Suryanto menyebutnya jalur kuda jaman Belanda karena sebelumnya memang dipakai oleh mandor-mandor Belanda untuk mengawasi kebun teh milik mereka.
Banyak batang teh setinggi lebih dari 30 meter yang berada di lokasi tersebut.
Jalur itu sendiri tepat berada di pinggir jurang yang kedalamannya hingga 65 meter.
Di jalur kuda jaman Belanda tersebutlah ada tempat peristirahatan harimau yang bentuknya seperti goa.
Di tempat peristirahatan itulah Suryanto menunjukkan jejak bekas kaki harimau yang ukurannya seperti telapak tangan orang dewasa.
" Ini harimaunya belum terlalu besar," ungkapnya.
Selain harimau, Suryanto juga mengaku pernah melihat seekor orang utan yang lebih mirip seperti gorila.
Binatang tersebut berjalan seperti manusia dengan ukuran orang dewasa.
" Itu (orang utan) saya ketemu setelah hujan reda. Tidak sempat sampai bertatapan muka," ungkap mantan ketua RT ini.
Rasa takut jika bertemu kembali dengan binatang-binatang tersebut masih sering merasuki fikiran Suryanto.
Namun mitos yang dipercayai warga bahwa harimau akan menghindar jika bertemu manusia membuatnya sedikit merasa aman.
Selain itu Suryanto selalu menaburkan garam jika hendak bekerja di lokasi dekat hutan.
Tugasnya sebagai mandor di PTPN VII membuatnya sering keluar-masuk hutan.
" Kita mengasih tanda bahwa ada manusia. Harimau itu tidak akan bisa makan selama 40 hari jika bertemu manusia. Jika kebetulan bertemu tandanya sama-sama apes (sial)," ungkapnya.
(Kompas.com/Aji YK Putra) (Tribunsumsel.com)