Dari beberapa sumber yang disadur sripoku.com, hewan-hewan liar nan buas seperti harimau dan babi hutan biasanya ke luar dari sarang mereka di musim kemarau.
Atas dasar ini, tak heran jika sejak bulan Oktober lalu hewan-hewan liar tersebut begitu dekat dengan keberadaan manusia yang sedang berada di area perkebunan.
Seperti yang dituturkan Kapolsek Jayaloka yang menangani peristiwa kematian Istrianti, Iptu Rosidi mengatakan penyerangan babi hutan ini bisa terjadi kapan saja.
Mengingat saat ini masih musim kemarau dan hewan-hewan liar banyak kekurangan makanan.
"Babi itu makannya cacing, banyaknya di rawa-rawa, jadi karena sumber makanannya habis lebih cenderung ganas. Takutnya warga beraktivitas diserang lagi," katanya.
Baca: Jasad Jumadi, Pendaki yang Hilang di Gunung Dempo Dikenali dari Struktur Gigi Taring
Baca: Penemuan Baju Biru Ungkap Keberadaan Dua Jasad Pendaki yang Hilang di Gunung Dempo
Petugas Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Gunung Dempo, Harmansyah, kemunculan harimau di Gunung Dempo yang akhir-akhir ini sering terlihat oleh masyarakat disebabkan oleh berbagai faktor.
Seperti musim kemarau berkepanjangan sehingga menipisnya jumlah makanan.
Hingga faktor tangan-tangan jahil manusia yang dengan sengaja menebang pohon dan berimbas pada terganggunya habitat dan rumah bagi hewan yang kerap disebut 'raja hutan' itu.
"Kejadian seperti ini juga tidak terlepas dari kejahatan manusia. Kenapa habitat hewan itu diganggu. Itu kenapa kami sangat menentang keras adanya penebangan hutan. Hewan-hewan itu tidak akan mengganggu kalau tidak diganggu lebih dulu," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul Kronologi Kejadian Harimau Hingga Babi Hutan Serang 4 Warga di Sumsel, Waspada di Area Perkebunan