News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Lengkap Dina Oktavia, Ibu Muda di Surabaya yang Dicerai Suami karena Anaknya Terlahir Cacat

Penulis: Sri Juliati
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Cerita Lengkap Dina Oktavia, Ibu Muda di Surabaya yang Dicerai Suami karena Anaknya Terlahir Cacat

Terlebih, mertua Dina enggan mengakui keberadaan sang cucui, Pandhu dan tidak merestui pernikahannya.

Pernikahannya sempat ditentang sang mertua lantaran kondisi Dina yang berlatar belakang keluarga tak beruntung.

Hanya saja, pasangan muda itu masih bisa menjalani cobaan hingga memiliki buah hati.

Namun, belakangan, sang suami beserta keluarganya enggan mengakui Pandhu lantaran terlahir dalam kondisi tak normal.

"Malu gara-gara cucunya gak sempurna," ujar Dina saat ditemui dirumahnya di kawasan Jojoran STAL 5B Kelurahan Airlangga, Kecamatan Gubeng, Surabaya, Minggu (1/12/2019).

2. Pandhu didiagnosa hidrosefalus sejak dalam kandungan

Pejabat Pemkot Surabaya saat meninjau secara langsung rumah Dina Oktavia, ibu muda di Jojoran STAL 5B Kelurahan Airlangga, Kecamatan Gubeng, Surabaya, yang seorang diri merawat anaknya yang menderita Hidrosefalus. (SURYA.co.id/Yusron Naufal Putra)

Dina Oktavia mengungkapkan, kondisi sang anak telah diketahui sejak masih di dalam kandungan.

"Anak saya kelainan sejak dalam kandungan," kata Dina.

Dina bercerita, Pandhu baru saja keluar dari rumah sakit untuk menjalani operasi pemasangan selang untuk saluran cairan di kepalanya di RSU dr Soetomo Surabaya.

"Ini masih rawat jalan," ungkap Dina.

Sekadar diketahui, hidrosefalus adalah kondisi yang ditandai oleh ukuran kepala bayi yang membesar secara tidak normal akibat adanya penumpukan cairan di dalam rongga ventrikel otak

Dilansir dari HelloDokter, otak normal mengandung cairan bening yang diproduksi dalam rongga ventrikel otak.

Cairan ini disebut dengan cairan serebrospinal yang mengalir dari sumsum tulang belakang ke seluruh otak untuk menunjang berbagai fungsi otak.

Namun ketika jumlahnya berlebihan, hal ini justru akan mengakibatkan kerusakan permanen jaringan otak yang menyebabkan terganggunya perkembangan fisik dan intelektual anak.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini