News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengakuan Seorang Wanita yang Diawasi Orang Tak Dikenal dan Kedatangan Jamaluddin Sebelum Tewas

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hakim yang juga Humas PN Medan, Jamaluddin ditemukan tewas di mobil, Jumat (29/11/2019).

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Seorang wanita yang enggan dibeberkan identitasnya buka suara terkait peristiwa pada malam hari sebelum Jamaluddin ditemukan tewas.

Perempuan berprofesi sebagai pengacara sebut saja namanya Maimunah (nama samaran) mengungkap kedatangan hakim Jamaluddin ke rumahnya pada Kamis (28/12/2019) malam sekitar pukul 21.35 WIB.

Untuk diketahui, hakim Jamaluddin ditemukan tewas di areal kebun sawit warga di Dausun II Namo Rindang, Desa Suka Rame, Kecamatan Kutalimbaru, Deliserdang, Sumatera Utara, pada Jumat (29/11/2019).

Berikut keterangan lengkap Maimunah, dalam Wawancara Eksklusif Tribun-Medan.com, Jumat (13/12/2019).

Maimunah menjelaskan bahwa rumahnya didatangi hakim Jamaluddin pada malam sebelum kematiannya.

"Dia ke rumah saya, manggil-manggil saya tiga kali, itu pukul 21.35 WIB lah itu ketepatan waktu acara Suratan Tangan di ANTV acara Uya Kuya itu," jelasnya.

Baca: Hakim PN Medan Jamaluddin Disebut Sempat Datangi Rumah Wanita Ini Sebelum Tewas, Ini Faktanya

Baca: Pingsan Berkali-kali Tahu Suami Tewas, Istri Hakim PN Medan Sempat Dicurigai, Ini Kesaksian Satpam

Baca: Sosok Politisi PKS yang Tersandung Kasus Penelantaran Istri Siri, Dikenal Kritis ke Pemerintah

Maimunah yang merasa tak punya kepentingan dengan hakim Jamaluddin, tidak membukakan pintu, meskipun hingga tiga kali dipanggil oleh Jamaluddin.

Menurut Maimunah, saat itu hakim Jamaluddin tidak sendirian.

Ia bersama tiga orang pria berbadan tegap keluar dari mobil.

"Dia manggil tiga kali, ”Maimunah” katanya dengan logat Acehnya. Pemanggilan pertama saya pergi ke ruang tamu mengintip. Rupanya bapak itu (Jamaluddin) , tapi di situ dia sudah ada kawannya, waktu itu ada bertiga," debutnya.

"Dia kan manggil 3 kali, panggilan ke-2 saya udah dekat ruang tamu. Sampai panggilan ke-3 saya enggak keluar, di rumah aja.

Saya berpikir saya tidak ada kepentingan sama bapak ini. Janji saya Jumat mau ke kantor pengadilan. Di malam Jumat itu perasaan saya sudah enggak enak," tambah Maimunah.

Ia pun menerangkan bahwa ada yang mendorong hakim Jamaluddin dari mobil hingga ke pintu rumah Maimunah.

"Ada 3 oranglah mendorong dia untuk masuk. Sama sopir satu orang, kemungkinan mereka ada 4 atau 5 orang sama Pak Jamal. Karena itu terlihat di mana pintu ujung sama kiri itu bunyi gedor (ditutup)," tuturnya.

Disinggung adakah tekanan wajah Jamaluddin saat itu, Maimunah mengaku tidak bisa memastikan. Sebab, ia tidak melihat secara jelas raut wajah hakim Jamaluddin.

"Saya tidak berpikir ke situ, karena saya pikir tidak ada urusan. Ya saya datar-datar saja," ungkapnya.

Saat itu, Maimunah mengaku sempat mendengar hakim Jamaluddin meminta dirinya untuk ikut dengan rombongan tersebut.

"Gini dibilangnya 'bisa ikut bentar ada yang mau dikonfrontir atau ditanyakan', hati saya sudah enggak enak hari itu,” ujarnya.

Lebih lanjut, Maimunah menjelaskan setelah 15 menit di depan rumahnya, akhirnya rombongan hakim Jamaluddin pergi.

"Jadi pergilah orang itu kira-kira 15 menit, saya merasa enggak ada kepentingan ngapain jumpai. Lagian tengah malam ada apa, saya bertanya-tanya ada apa," tuturnya.

Baru ternyata pada keesokan harinya, Jumat (29/11/2019), Maimunah terkejut mendengar kabar hakim Jamaluddin ditemukan tewas di Dusun II Namo Rindang, Desa Suka Dame, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.

"Besoknya saya dapat info dari kawan di WhatsApp hampir jam 7 malam, Pak Jamal meninggal. Saya terkejut, bergetar badan saya, ada apa?," ucapnya.

Maimunah lantas bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang kedatangan hakim Jamaluddin, pada malam sebelum kematiannya.

"Saya merasa jantungan, kenapa tengah malam itu dia datang ke rumah saya. Dia (Jamaluddin) kan bisa berteriak kalau memang ada sesuatu malam itu."

"Saya berpikir pada saat itu datar-datar aja. Saya tidak ada berpikir ke situ (dibunuh). Jumatnya kejadian jadi buat saya berpikir ada apa dengan saya, ada apa dengan dia (Jamaluddin), kenapa saya didatangin," tuturnya.

Ia kemudian memberikan keterangan kepada kepolisian pada 1 Desember 2019.

"Apa yang terjadi tersebut, Senin tanggal 1 saya sudah menghadap (polisi), saya merasa tidak nyaman," katanya.

Sebagai orang yang memiliki pendidikan hukum, Maimunah memperkirakan bahwa kehadiran hakim Jamaluddin saat itu adalah untuk mempertanyakan hubungan dirinya dengan Hakim Jamaluddin.

Bahkan ia menduga apabila malam itu membukakan pintu, maka nasibnya akan sama dengan hakim Jamaluddin.

"Sepertinya di malam itu ada yang mau minta dikonfrontir antara saya dan Pak Jamal."

"Padahal saya tidak punya hubungan apa-apa, berarti kalau malam itu mereka menjemput saya dan buka pintu, kemungkinan keselamatan saya terancam," terangnya.

Ia memperkirakan bahwa ada oknum yang tidak bertanggungjawab membuat seolah-olah ada hubungan antara dirinya dengan hakim Jamaluddin.

"Jadi sebenarnya saya itu enggak terlalu penting kali sama bapak (Jamaluddin) tapi seolah-olah dibuat penting."

"Ada orang lain yang mengompori keadaan ini. Kalau saya berurusan sama bapak itu, saya ada nomor HP-nya," jelasnya.

Saat kejadian itu, Maimunah mengaku sedang bersama ibu dan adiknya di rumah.

Sedangkan sang adik, sedang keluar rumah bersama anak-anaknya.

Selain itu, Maimumah menyebutkan, sebelum kejadian tersebut, sudah ada orang yang melakukan pengintaian di sekitar rumahnya.

"Karena belakangan ini sering orang lewat di depan rumah naik mobil Honda Jazz dan Toyota Camry, habis itu kayak ditungguin. Kalau saya mau pergi kerja pagi itu ada di depan rumah pakai mobil Honda Jazz, saya udah berangkat kerja, baru pergi. Lalu sejak 2 minggu sebelum kematian (Jamaluddin) mobil itu pantau-pantau saya. Saya cuma lihat (tulisan) Toyota aja yang di depan, warna hitam," jelasnya.

Bahkan, Maimunah menjelaskan, beberapa saat belakangan rumahnya sering dilemparin benda padat, hingga ia merasa terancam keselamatannya. Bahkan setelah memberikan kesaksian tersebut di kantor polisi.

"Makanya saya takut karena merasa terancam juga, kalau dia enggak datang ke rumah saya, saya tidak berpikir sampai situ. Rumah saya dilempar dari belakang, dari Senin kemarin, sampai lah saya berikan kesaksian. Bahkan dua hari yang lalu yang ikut sama bapak (Jamaluddin) malam itu (saat sebelum tewas), lewat depan rumah saya naik kereta Revo, orangnya tinggi besar," ungkapnya.

Terakhir, Maimunah berharap bisa mendapatkan perlindungan hukum baik dari kepolisian maupun Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

Ia merasa mendapat intimidasi terkait kasus kematian hakim Jamaluddin.

Maimunah pun berharap kasus ini segara diselesaikan hingga terungkap pelakunya.

"Di tingkat Polda saya sudah berikan kronologi semuanya. Sudah bisa mereka ambil tindakan, tidak perlu lagi diajarin untuk melakukan ini dan itu, karena saya percaya mereka sudah ahlinya," pungkasnya.

Sementara, Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi mengakui sudah mendapatkan informasi dari Maimunah.

Ia pun menyebut sudah mengirimkan tim untuk memberi perlindungan kepada Maimunah.

"Sudah ada tim LPSK yang kita kirim ke sana untuk memberikan perlindungan. Jadi untuk saksi sudah bisa langsung berkoordinasi," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul HAKIM JAMALUDDIN Sempat Gedor-gedor Rumah Wanita Ini dan Sebut Ada yang Mau Dikonfrontir.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini