TRIBUNNEWS.COM - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyetujui tol layang Jakarta Cikampek diberlakukan sistem buka tutup sementara.
Keputusan ini menyusul adanya kemacetan parah yang terjadi di sepanjang tol layang Jakarta Cikampek hingga memakan waktu 2 jam pada Sabtu (21/12/2019).
Menurut Budi Karya, akan ada banyak risiko yang membuat para pengguna jalan tol tidak nyaman jika melewati tol layang dalam kondisi macet.
Dilansir Tribunnews.com, hal tersebut diungkapkan Budi Karya dalam wawancara unggahan kanal YouTube tvOneNews, Sabtu (21/12/2019).
Budi Karya menyebut lokasi tol layang yang berada di ketinggian terlalu rawan untuk para penggunanya jika terlalu lama di atas saat macet.
"(Tol layang) Japek itu kan di ketinggian. Kalau mereka (pengguna tol) itu terlalu lama di atas, risiko ya," ujar Budi Karya.
Risiko yang dimaksud Budi Karya di antaranya adalah kehabisan bensin hingga kemungkinan pengguna jalan tol yang sakit.
Maka dari itu, Budi Karya ingin mengurangi volume kepadatan tol layang tersebut.
"Risikonya habis bahan bakar, kelaparan. Belum lagi nanti kalau ada yang pusing," kata Budi Karya.
"Agak sulit untuk (ditangani). Jadi saya pikir saya setuju memang untuk dikurangi dulu, supaya lancar," imbuhnya.
Sang menteri menyebut sempat terjadi kemacetan di tol layang itu hingga waktu tempuh mencapai dua kali lipat.
Dengan penutupan tol layang, Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani melalui Budi Karya menyebut jalan di bawah tol tersebut akan diberlakukan sistem contraflow.
"Karena tadi hampir 2 jam. Padahal waktu tempuh ideal itu adalah 1 jam," ungkap Budi Karya.
"Jadi memang selayaknya itu ditutup, dan yang di bawah ada contraflow. Saya dapat laporan dari Bu Desi tadi," tuturnya.