"Ada harapan baru yang mungkin dia inginkan, satu mungkin ada status sosial, dua motif ekonomi," ujarnya.
"Tiga mungkin dia akan mendapatkan semacam pekerjaan yang ada di sana," lanjut dia.
"Sehingga, di masyarakat dia akan lebih terpandang, bisa jadi," jelas Ganjar.
Namun, Totok Santoso Hadiningrat menurut Ganjar tidak melakukan komunikasi dengan pemerintah terlebih dulu.
"Tapi ini tentu karena literasinya rendah, karena tidak melakukan check dan recheck," jelas Ganjar.
"Tidak bertanya kepada kami mungkin pemerintah," lanjutnya.
Diketahui, kemunculan Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah, menyita perhatian publik karena menggelar kirab selama beberapa hari yang diikuti ratusan orang.
Kerajaan baru tersebut, dipimpin oleh Totok Santoso Hadiningrat, dan didampingi Fanni Aminadia.
Totok Santoso dan Fanni Aminadia telah ditangkap oleh polisi karena diduga telah melakukan penipuan kepada para pengikutnya.
Diketahui, pengikut Keraton Agung Sejagat diwajibkan menyerahkan uang hingga Rp 30 juta setiap bulan.
Bahkan, ada pengikut yang menyetor hingga Rp 110 juta dengan iming-iming jabatan dan gaji dollar.
(Tribunnews.com/Nuryanti) (TribunJateng.com/Mamdukh Adi Priyanto)