Permasalahan bertambah saat Arya kesulitan tidur.
Saat mengalami hal itu, Arya kerap meminum minuman kemasan rasa jeruk.
Bahkan dalam kurun waktu 24 jam, Arya bisa minum hingga 20 gelas.
Jika keinginannya tidak dipenuhi, Arya Permana akan menangis hingga berguling-guling.
Arya anak terberat di dunia, masuk berita internasional
Sementara dikutip dari WartaKotaLive.com, Arya permana pernah diberitakan media internasional sebagai anak terberat di dunia.
Arya Permana menjadi bocah terberat sedunia dengan berat badan 190 kg atau setara 6 anak seusianya pada saat berusia 10 tahun.
Media internasional asal Inggris dailymail dan juga asal Australia ABC menulis, Arya sampai harus putus sekolah karena tidak bisa bergerak.
Tapi, setelah berusia 12 tahun saat ini, dia tak lagi meraih 'prestasi' sebagai bocah paling gemuk sedunia.
Tim medis telah berhasil melakukan pengobatan dan terapi sehingga berat badannya turun dan Arya bisa kembali bersekolah.
// var unruly = window.unruly || {};unruly.native = unruly.native || {};unruly.native.siteId = 1082418; //
Arya Permana, dari Karawang di Jawa Barat, Indonesia, sangat gemuk secara tidak wajar.
Bocah yang memiliki cita-cita sebagai masinis ini memiliki berat badan yang sama dengan enam anak laki-laki seusianya.
Arya harus berjuang untuk setiap kali ingin berjalan lebih dari lima menit
Dia menghabiskan sebagian besar hari-harinya dengan berbaring.
April 2017 ia menjadi orang termuda di dunia yang menjalani operasi lambung lima jam.
Operasi ini untuk menyelamatkan jiwa dan menghentikannya dari memakan dirinya sendiri.
Sebelum operasi, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) - Guinness World Records versi Indonesia- menamai Arya sebagai anak paling berat sedunia.
Kurang dari dua tahun kemudian dan setelah dokter dari Rumah Sakit Omni di Jakarta mengeluarkan sebagian besar perutnya, Arya akhirnya bisa kembali ke sekolah.
Arya harus kehilangan sebagian berat badannya untuk memungkinkan dia bisa berjalan.
"Saya kehilangan nafsu makan, sekarang bahkan enam sendok [makanan] sudah membuat saya kenyang," kata Arya kepada ABC.
“Mereka mencegah saya mengonsumsi makanan dan minuman manis, terutama minuman ringan.
'Saya bisa bermain sepak bola, tenis, bulu tangkis, dan yang paling penting, saya bisa pergi ke sekolah setiap hari'.
Dokter awalnya menyebut kondisi Arya 'salah satu kasus obesitas terberat di dunia'.
Arya adalah seorang siswa yang antusias dan cerdas sampai dia tumbuh besar sehingga berjalan menjadi tidak mungkin.
Dia dipaksa putus sekolah karena kondisi berat badannya yang tak memungkinkan dia bergerak jauh.
"Akulah yang paling disalahkan. Aku menyesalinya karena itu kesalahanku.
Saya tidak mengontrol berapa banyak saya memberinya makan. Saya terus memberi makan Arya karena saya mencintai anak saya," ujar Ibu Arya, Rokayah Soemantri (35).
"Tidak ada cara yang mungkin bagi kami untuk membawanya ke sekolah sehingga dia harus belajar di rumah selama satu tahun penuh," kata ayahnya, Ade.
“Dia tidak bisa bermain atau melakukan hal lain seperti anak-anak lain. Dia hanya akan menonton TV atau bermain di ponsel. Itu sangat menyakitkan bagi kami, orang tua."
Sebelum menjalani operasi, ia menjalani diet harian lima kali sehari, ayam goreng, nasi, mi, dan es krim cokelat.
Ayah Arya seorang berusia 45 tahun yang bekerja sebagai penjaga keamanan.
Dia mengatakan, "Arya 'tidak merasa kenyang' dan akan memakan 'dua paket mi dan dua telur, lebih dari setengah kilo ayam dan nasi ... empat sampai enam kali sehari."
“Yang paling menyedihkan adalah melihat Arya mencoba bangkit. Dia akan kehabisan nafas hanya berjalan lima meter. Kami sangat khawatir. '
Ibunya mengatakan dia yang paling disalahkan.
'Aku menyesalinya karena itu kesalahanku. Saya tidak mengontrol berapa banyak saya memberinya makan. Saya terus memberi makan Arya karena saya mencintai anak saya.'
(Tribunnews.com/Chrysnha/Wulan KP/TribunJabar/WartaKotaLive.com)