Laporan Wartawan TribunJatim.com Luhur Pambudi
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - MSAT (44) putra kiai pondok pesantren Ploso, Jombang terduga pelaku rudapaksa santriwati membantah melakukan perbuatan tak senonoh.
Melalui juru bicara keluarga ponpes, Ummul Choironi, Selasa (28/1/2020), mengklarifikasi semua tuduhan terhadap MSAT yang telanjur tersebar di media itu.
Sekjen DPP Organisasi Shidiqiyah ini menegaskan, dugaan perbuatan tak senonoh kepada santriwati berinisal MN tidak pernah terjadi.
Cerita-cerita syur yang cenderung menuduh MSAT merudapaksa santriwati asal Jateng itu bermula dari adanya open recruitmen tenaga kesehatan yang dikelola oleh Organisasi Pemuda Shidiqiah (Opshid).
Waktu itu, kata Ummul Choironi, Opshid sedang mencari tenaga kesehatan yang siap dikirim untuk mengabdi pada masyarakat kurang beruntung di pelosok-pelosok daerah.
Baca: Cucu Presiden Soeharto Dikabarkan Akan Mengembalikan Uang Rp 3 Miliar Dari Investasi Bodong Memiles
Baca: ABG Berusia 15 Tahun Jadi Korban Rudapaksa 3 Orang, Sebelumnya Saksikan Pelaku Pesta Minum Tuak
Baca: Sebelum Jadi Predator, Hasan Mengaku Sempat Dikecewakan Oleh Wanita
Kesempatan itu juga terbuka bagi santriwan-santriwati ponpes tersebut.
Sedang MSAT yang menjadi guru pengajar di ponpes asuhan ayahnya itu, lanjut, Ummul, turut menjadi interviewer dalam prosesi open recruitmen tersebut.
MN yang tertarik dengan program pengabdian di bidang kesehatan masyarakat turut mendaftar, lalu mengambil antrean laiknya para santri lainnya menunggu giliran wawancara.
"Opshid pusat punya program pelayanan kesehatan daerah terpencil dan pedesaan.
Ini kan mereka adakan seleksi.
Seleksi untuk siapa saja termasuk santri yang mau mengikuti program ini," tutur Ummul saat ditemui di Surabaya, Selasa (28/1/2020).
Dia melanjutkan, proses wawancara saat itu dibagi dua model, yakni secara berkelompok dan satu per satu.
Namun, proses wawancara itu berlangsung di lokasi terbuka, yakni di teras rumah yang masih dalam area ponpes.