“Secara kronologi patut diduga ada kekerasan yang terjadi. Tetapi kami masih belum tuntas menyelesaikan hal itu, karena masih berproses,” kata Syamsul di Kantor Dinas Pendidikan Kota Malang, Jumat (31/1/2020).
Menurutnya, para siswa hanya berguraua, bukan sengaja untuk melakukan tindak kekerasan.
"Tapi bergurau seusia anak, karena yang melakukan anak-anak yang tidak punya rekam jejak kenakalan yang sangat keras,” kata Syamsul.
Ia mengatakan, antara korban dan pelaku sudah saling akrab.
Mereka sama-sama aktif di organisasi yang ada di sekolah.
Syamsul tidak mengetahui pasti kapan bully itu terjadi.
Peristiwa penindasan tersebut diduga terjadi pada pekan lalu.
Ia menyebut, MS sempat masuk ke sekolah setelah mengalami bully.
Namun, karena mengalami luka lebam, MS harus dirawat di rumah sakit.
Syamsul menilai MS merupakan anak yang pendiam dan pandai di sekolahnya.
“Anak yang jadi korban itu memang anak yang diam sekali. Anak pintar sekali,” katanya.
Pihak sekolah sudah menjenguk MS di rumah sakit.
Syamsul berujar, pihaknya sudah mempertemukan orangtua dari korban dan terduga pelaku.
Pertemuan itu menghasilkan sejumlah kesepakatan, termasuk pembiayaan perawatan korban.