Kalau mandi di rumah, dia kesulitan karena harus meminta air ke tetangga.
"Di terminal sekalian mangkal angkot sekalian mandikan anak.
Sehabis mangkal sampai pukul 10.30 WIB, baru jemput anak saya yang satunya di SD Pancasila," paparnya.
Nurul dan Bilqis setiap hari berangkat bekerja dari rumah kontrakannya di Karangsari Timur, Wonosari, Kecamatan Ngaliyan pukul 06.00.
Mereka pulang sekitar pukul 22.00.
Nurul Ingin Buah Hatinya menjadi Hafidzah Al-quran
Dilansir dari TribunJateng.com, Kendati dalam keterbatasan, Nurul masih memiliki harapan besar.
Buah hatinya dengan Almarhumah Ariani Dwi Setyowati harus lebih baik kehidupannya dibandingkan orangtuanya.
"Saya memiliki rencana, di usia Bilqis 4 tahun atau 6 tahun ingin saya masukan ke Pondok pesantren khusus Hafidzah Al-quran," katanya.
Rencana itu, menurut Nurul tidak lepas dari keinginan istrinya agar anak mereka hidup lebih baik.
"Kalau Bilqis bisa mengaji atau hafal Al Quran dia bisa kirim doa ke ibunya yang tidak bisa dia temui di dunia ini, " ucapnya.
Perjuangan Nurul masih panjang sebab dia harus berjibaku menghidupi kedua anaknya. Sekaligus membayar tunggakan biaya persalinan yang mencapai Rp 9,3 juta di RSUP Kariadi.
"Paling akhir nanti bulan April, saya tetap berikhtiar melunasi tunggakan itu, " paparnya.
Ibunda Bilqis, Ariani Dwi Setyowati (21), telah meninggal pada November 2019 lalu.