TRIBUNNEWS.COM - Seorang anak berusia 5 tahun diduga menjadi korban pelecehan seksual di Yogyakarta.
Sebuah video rekaman CCTV yang menunjukkan aksi dugaan pelecehan dari seorang pria terhadap anak perempuan beredar viral di media sosial.
Aksi itu pun menimbulkan kecaman publik.
Diberitakan TribunJogja.com, Kapolsek Kotagede, Kompol Dwi Tavianto, mengonfirmasi kejadian dalam video itu terjadi di sebuah gang, di Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, pada Kamis (12/3/2020).
Dwi menuturkan, korban sempat diiming-imingi sejumlah uang oleh pelaku.
Sebelum diajak pergi oleh pelaku, Dwi mengatakan, korban saat itu sedang membeli makanan di daerah rumahnya yang berlokasi di wilayah Rejowinangun, Kotagede.
Pelaku kemudian datang dan mendekati korban lalu berpura-pura meminta korban untuk menunjukkan sebuah tempat, yakni Jogja Expo Center (JEC).
"Laki-lakinya ngajak mendekat kemudian minta ditunjukkan JEC, tahu enggak di mana? Yang jelas dia minta bantuan JEC di mana," kata Dwi, seperti yang dilansir TribunJogja.com, Jumat (13/3/2020).
Selanjutnya, pelaku membawa korban ke sebuah gang dan melakukan aksi yang tak pantas itu.
Baca: Anak 5 Tahun di Yogya Diduga Jadi Korban Pelecehan lalu Ditinggal, Saksi Mata: Nangisnya Keras
Dilansir dari Kompas.com, Kapolsek menuturkan pelaku sempat menurunkan celana korban.
"Pelaku sempat menurunkan celana korban."
"Terus (korban) ditinggal di lokasi," ungkapnya.
Dwi menuturkan, berdasarkan rekaman kamera CCTV, petugas telah mengantongi ciri-ciri dan indentitas pelaku.
"Masih dalam penyelidikan. Korban tadi sudah ke rumah sakit, kita sedang menunggu hasil pemeriksaannya," terangnya.
Tanggapan Psikolog
Psikolog di Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, Adib Setiawan, S.Psi., M. Psi,. menyoroti kejadian yang berlangsung di Yogyakarta tersebut.
Adib pun mengaku sangat prihatin dengan peristiwa yang menimpa bocah kecil itu.
Melihat dari kasus ini, psikolog di www.praktekpsikolog.com tersebut mengatakan orang tua harus melatih anak memiliki rasa curiga.
Terlebih, terhadap orang-orang yang tidak dikenal dan memiliki perbedaan usia yang jauh.
"Anak-anak kita harus dilatih kecurigaan tertentu terutama pada orang-orang yang tidak dikenal," kata Adib saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (13/3/2020) malam.
"Apalagi yang beda usia jauh, misalnya anak umur 6-7 tahun tapi ditanya-tanya orang yang umurnya di atas 10 tahun, di atas 12 tahun," lanjutnya.
Menurut Adib, melatih anak untuk berteman dengan orang-orang seusianya akan melatihnya memiliki kecurigaan.
"Sebaiknya anak-anak dilatih berteman dengan yang seusia saja, jadi ketika anak-anak sudah dilatih seperti itu dia dilatih kecurigaan," terangnya.
Selain itu, psikolog dari www.praktekpsikolog.com itu menyampaikan, orang tua juga perlu mengenalkan anak untuk membedakan orang asing dan orang yang dikenal.
Baca: Video Pelecehan Siswi SMK Terungkap Setelah Diunggah di WA, Pengamat: Perlu Integrasi Medsos & Mapel
"Orang yang dikenal itu adalah keluarga dekat, teman sekolah, tetangga."
"Barangkali kalau berkomunikasi dengan mereka boleh, tapi kalau dengan orang-orang baru, belum kenal, sebisa mungkin menjauh untuk berkomunikasi," kata Adib.
Adib juga mengatakan, anak perlu diberi pengertian supaya tidak mudah tergiur dengan iming-iming dari orang asing.
"Yang jelas, anak-anak kita perlu dilatih supaya jangan mau diberikan sesuatu seperti permen, atau (iming-iming) yang lain gitu jangan mau," tuturnya.
"Karena kita enggak tahu di luar sana ada predator misalnya," sambung Adib.
Baca: Aktivis Perempuan Anindya Restuviani Tanggapi Maraknya Kasus Pelecehan Seksual di Indonesia
Menurut Adib, hal-hal tersebut dapat dilakukan oleh orang tua untuk meminimalisir kejadian yang tak diinginkan menimpa anak.
Sementara itu, Adib menilai, korban berusia 5 tahun itu cukup cerdas.
"Sepertinya anak ini juga cukup cerdas karena ketika terjadi pelecehan, dia bisa teriak histeris begitu ditinggal, artinya anak ini bisa menjaga diri," kata Adib.
"Kalau anak pendiam mungkin dia enggak akan teriak, malah dia takut," sambungnya.
Menurut Adib, adanya rekaman CCTV tersebut juga membantu meminimalisir jumlah korban.
Pasalnya, menurut Adib, pelaku mungkin saja tidak hanya melancarkan aksinya pada satu korban.
Baca: Belajar dari Kasus Pelecehan Siswi SMK, Kenali 5 Tipologi Kekerasan di Lingkungan Sekolah
"Bisa aja dia itu deketin anak-anak di situ bukan hanya satu, sebelumnya mungkin pernah kan bisa aja," kata Adib.
Adib menuturkan, di kota-kota yang padat penduduk, masyarakat memang perlu waspada.
Adanya CCTV yang terpasang tersebut, menurtu Adib, bisa mencegah bertambahnya korban.
"Saya rasa masyarakat sudah tepat lah, proaktif dengan adanya CCTV terus sering ngecek kondisi lingkungan," tutur Adib.
"Itu sangat penting apalagi di wilayah-wilayah padat penduduk karena orang-orang kadang cuek, nggak kenal," sambungnya.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta) (TribunJogja.com/Yosef Leon Pinsker) (Kompas.com/Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma)