TRIBUNNEWS.COM, CIREBON - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan era Presiden Megawati, Prof Dr Rokhmin Dahuri membuka kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Basic Safety Training (BST) dan Sertifikasi Kecakapan dan Ketrampilan (SKK) Kapal Layar Motor 30- 60 Mil di Kampus Biru Samudera Nusantara di Cirebon, Senin (16/3/2020).
Program yang diikuti 200 peserta dari pelbagai daerah di kawasan Pantura ini terlaksana atas kerjasama Serikat Pekerja Perikanan Indonesia (SPPI) dengan Politeknik Pelayaran Banten, diadakan di Kampus Biru Samudera Nusantara Maritime Training Center di Jalan Banjarwangun, Desa Banjarwangun, Kec. Mundu, Kab. Cirebon, Jawa Barat.
Diklat ini menghadirkan narasumber yaitu pembina SPPI Rokhmin Dahuri, Poltekpel Banten, pengajar dari SPPI, dan materi tentang pencegahan Virus Corona melalui pemakaian hand sanitizer dari prajurit Babinsa TNI Koramil Astana Japura.
Dalam sambutannya, Rokhmin mengatakan selama 5 tahun ini SPPI telah berkonstribusi dalam meningkatkan baik secara teoritis maupun praktik kepada para nelayan di Indonesia.
"Saya sebagai Pembina bersama Ketum SPPI, Ilyas, memang berkeinginan untuk mendidik nelayan kita yang trampil dan siap kerja dalam dan luar negeri" ujarnya.
Rokhmin menilai, sebagai pekerja, dunia internasional sudah mengenal kelebihan Awak Buah Kapal (ABK) yang rajin, loyal, displin, dan penurut.
"Kekurangan mereka hanya pada penguasaan bahasa asing," ujar Rokhmin yang juga kini menjabat sebagai Koordinator Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan RI.
Karena itu, harapnya, melalui wadah SPPI kemampuan bahasa di negara pengguna semisal Inggris dan Korea secara intensif dipelajari agar memenuhi persyaratan yang diminta pengguna di luar negeri.
Dia menyebut SPPI berkomitmen untuk melahirkan SDM nelayan yang trampil, memiliki kompetensi, mempunyai etos kerja yang hebat, dilatih BST, SKK dan kompetensi lain yang dibutuhkan.
"Alhamdulillah, ribuan ABK kita sudah banyak yang bekerja di Korea dan negara lain baik di sektor perikanan maupun manufacture," tutur Rokhmin.
Kepada para peserta Diklat, Rokhmin mengharapkan agar mengikuti kegiatan ini dengan serius agar maksimal ilmu yang didapatkannya. Ada tiga harapan yang disampaikannya.
Pertama, yaitu terjadi perubahan di bidang pengetahuan atau knowledge change yaitu dari menangkap ikan secara tradisional kepada menangkap ikan secara modern, aman dan nyaman.
Kedua, terjadin perubahan skill atau skill change.
Ketiga, yaitu perubahan akhlak atau attitude Change.
"Ini penting karena produktivitas kita pada tingkat ASEAN saat ini menempati peringkat ke-enam. Padahal seharusnya sebagai negara maritim kita itu masuk peringkat satu," katanya.
"Melalui ketiga perubahan itu kami mengharapkan akan terjadi perubahan significan dari nelayan kita sehingga berdampak pada kesejahteraan mereka," papar Rokhmin.
Sementara itu, Ketua Umum SPPI, Achdiyat Ilyas Pangestu menambahkan, diklat BST dan SKK ini bisa memberikan pemahaman kepada para nelayan terkait keselamatan dalam bekerja dalam mencari nafkah untuk menghidupi keluarga dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya.
Ilyas menjelaskan, selain materi yang diajarkan secara teoritis, juga diajarkan praktek keselamatan berlayar dengan bertujuan peningkatan keterampilan terkait segala upaya keselamatan diatas kapal sesuai UU kelautan yang berlaku dan sebagai bukti legalitas bagi nelayan untuk melaut sejauh 30-60 mil.
Dia menambahkan pihaknya tidak membebankan kepada para peserta biaya untuk mengikuti pelatihan BST dan SKK 30/60 mil karena sudah dijamin pemerintah.
“Dengan mengikuti pelatihan ini maka peserta akan memiliki seperti SIM di laut sehingga tidak bisa ditangkap oleh Polisi Perairan dan Udara (Polairud) karena sudah memiliki kelengkapan persyaratan yang ditetapkan pemerintah,” ujar Ilyas. (*)