Saat ini, dari lebih 17 ribu pulau yang dimiliki Indonesia, dan dari 2.200 pulau yang sudah berpenghuni, baru sekira 1.800 pulau yang sudah dialiri listrik.
Sedangkan 400 pulau sisanya belum dialiri listrik karena jauh dari infrakstruktur utama, dan juga penduduknya sedikit. Model pembangunan dan pengelolaan ala PLTS Karampuang inilah, yang dinilai cocok untuk dibangun di pulau-pulau kecil tersebut.
Dalam pengoperasiannya, PLTS Karampuang dikelola oleh PT Karampuang Multi Daya (KMD), sebuah badan usaha listrik desa yang dimiliki oleh masyarakat setempat melalui Koperasi Cahaya Karampuang, dan badan usaha.PLTS Karampuang mempunyai kapasitas optimal 598 kWp (kilo Watt peak).
Telah dimanfaatkan untuk melayani kebutuhan listrik 800 rumah tangga dari 11 dusun di Pulau Karampuang yang memiliki luas 6 kilometer persegi.
Menggunakan teknologi panel surya (solar cell) sebagai sumber energi, PLTS Karampuang tentu sangat arif lingkungan karena proses produksinya tidak menghasilkan imbas limbah dan sampah.
Ada 4 instalasi yang dibangun di Pulau Karampuang, yakni PLTS I dibangun di Dusun Karampuang I, PLTS 2 di Dusun Karaeng, PLTS 3 di Dusun Ujung Bulo, dan PLTS 4 di Dusun Karampuang II.
PLTS Karampuang merupakan bagian dari hibah proyek kemakmuran hijau Millenium Challenge Account (MCA) Indonesia.
PLTS ini salah satu program yang tercakup dalam perjanjian Compact, sebuah perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika Serikat untuk mendukung pembangunan rendah karbon di pedesaan, pulau, dan daerah terpencil melalui proyek energi terbarukan (renewable energy).
Selain membangun PLTS Karampuang ini, PT Sky Energy Indonesia, Tbk (JSKY) tercatat juga telah membangun satu proyek percontohan pertama di Indonesia, PLTS Terapung Bifacial, di atas danau Fakultas Teknik, Universitas Indonesia (UI).