TRIBUNNEWS.COM - Di tengah pandemi corona, masyarakat justru berbondong-bondong pulang ke kampung halaman mereka.
Padahal, pemerintah gencar mengimbau masyarakat yang sedang berada diperantauan, khususnya yang berada di daerah zona merah untuk tidak mudik dahulu.
Terkait dengan hal itu, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa telah menyiapkan upaya pencegahan penularan Covid-19 dari pemudik yang pulang ke Jawa Timur.
Hal itu diungkapkan Khofifah dalam acara Sapa Indonesia Pagi KompasTV, Selasa (7/4/2020).
Khofifah mengatakan, untuk mengantisipasi penularan Covid-19 dari para pemudik, pihaknya telah berkoordinasi dengan bupati, wali kota dan kepala desa.
"Maka kita meminta masing-masing desa minimal mereka punya sekolah, jadikan sekolah itu sebagai ruang observasi dan isolasi," ungkap Khofifah.
Selain itu, Pemprov Jawa Timur juga menyiapkan posko mudik, yang hingga saat ini sudah ada sebanyak 95 posko mudik.
Di posko mudik tersebut, para pemudik akan memperoleh screening awal untuk mendeteksi kesehatan mereka.
Baca: Semua Orang Bisa Melawan Virus Covid-19: Panik dan Rasa Cemas akan Membuat Kita Mudah Terpapar
Baca: Cegah Penyebaran Virus Corona, Pemerintah Sarankan 4 Kelompok yang Harus Lakukan Isolasi Mandiri
"Di situ ada Polres ada Kodim ada Dishub ada Dinkes, posko mudik inilah screening awal di Provinsi dilakukan."
"Pasti pertama dilihat dulu suhu tubuh mereka, kalau suhu tubuhnya di atas 37,5 derajat celsius maka mereka sudah diarahkan ke rumah sakit."
"Kalau misalnya sudah ada tanda-tanda klinis misalnya batuk demam juga langsung diarahkan ke rumah sakit," ungkapnya.
Namun, jika pemudik tidak memiliki tanda-tanda klinis, maka mereka akan di antar ke desa mereka masing-masing.
"Jika mereka keliahatan sehat, maka mereka di antar ke desa di mana mereka berasal, dari situlah observasi dilakukan," ungkap Khofifah.
Baca: Gubernur Jabar Ridwan Kamil Segera Berlakukan Jam Malam
Tak hanya sekolah, menurut Khofifah, di Banyuwangi isolasi pemudik ditempatkan di rumah warga.
"Contoh yang dilakukan di Banyuwangi tidak berbasis sekolah dasar tetapi berbasis rumah."
"Yang terlapor sudah ada 222 rumah yang disiapkan di semua desa dan dusun," paparnya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri)