"Mengingat kondisi sekarang mengantisipasi merebaknya Covid-19, semua diwajibkan memakai masker saat beraktivitas," kata Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, AKBP Asep Mauludin.
Dalam kesempatan yang sama, pelaku terlihat menahan tangis dengan tangan diborgol saat dibawa menuju ruangan konferensi pers di Kantor Polrestabes Semarang.
Baca: IDI: Penolakan Pemakaman Perawat Korban Covid-19 Sangat Tidak Pantas
Kepada awak media, pelaku meminta maaf atas perbuatan yang dilakukan kepada korban.
Ia mengatakan, saat kejadian itu, dirinya emosi karena tidak terima disuruh mengenakan masker oleh korban.
Pasalnya, kondisi saat itu anaknya sedang sakit panas dan meminta agar dokter segera melakukan pemeriksaan.
"Saya minta maaf atas kesalahan saya, saya khilaf karena saat itu saya bingung karena kondisi anak saya yang sakit panas sama batuk," terang Budi.
Meski penganiayan yang dilakukan sudah terekam CCTV dan viral di media sosial, tapi pelaku berdalih jika saat itu tidak melakukan penganiayaan seperti yang dituduhkan.
"Saya cuma menggetok wajah perawat itu, bukan melakukan penganiayaan," terangnya.
Baca: Ini Pengakuan Pria yang Tampar Perawat Karena Kesal Disuruh Pakai Masker: Cuma Menggetok Wajahnya
Wali Kota Semarang meminta maaf
Mengutip dari Tribun Jateng, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengaku prihatin terhadap kejadian pemukulan seorang perawat di Klinik Pratama Dwi Puspita yang dilakukan oleh warga Kemijen, Semarang Timur.
Pria yang akrab disapa Hendi tersebut mengatakan, bahwa kejadian tersebut menjadi pembelajaran bagi warga yang lain untuk mematuhi aturan yang ada.
"Saya rasa ini jadi pelajaran yang sangat berharga, kami sekali lagi meminta untuk mematuhi aturan yang ada."
"Tenaga medis telah mengorbankan tenaga dan pikiran, maka seluruh warga Semarang ikut masukan tim medis."
"Anda ke klinik harus jaga jarak, anda ditegur pakai masker ya harus pakai masker," terang Hendi.