TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini media sosial dihebohkan dengan sebuah video yang merekam aksi seorang pria menampar seorang perawat.
Diketahui, pria bernama Budi Cahyono (43), warga Kemijen, Semarang Timur, Jawa Tengah yang berprofesi sebagai satpam menampar Hidayatul Munawaroh (30), seorang perawat di Klinik Pratama Dwi Puspita, Kota Semarang, Kamis (9/4/2020).
Budi menampar Hidayatul lantaran tak terima setelah diingatkan untuk menggunakan masker saat datang ke klinik.
Selain itu, menurut pengakuan korban, Budi juga sempat mengamcam akan membunuhnya.
Mendapat perlakuan tersebut, Hidayatul memutuskan untuk melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Semarang Timur.
Pengakuan korban
Mengutip dari Tribun Jateng, Hidayatul mengatakan, kejadian tersebut bermula ketika ia memanggil Budi yang saat itu memeriksakan anaknya yang sakit di Klinik Pratama Dwi Puspita.
Hidayatul memanggil Budi sesuai dengan nomor antrian, kemudian Hidayatul meminta nomor antrian tersebut dan kartu BPJS.
Saat itu, Hidayatul mengingatkan pelaku kalau ingin periksa harus menggunkan masker.
Sebab, dokter tidak akan memeriksa, kalau pasien tidak menggunakan masker.
Namun, setelah disarankan seperti itu, Budi justru marah-marah dan tidak terima, bahkan sampai membahas soal virus corona.
"Dia bilang tidak usah percaya virus corona, sebab virus seperti itu bisa dilawan."
Baca: Alasan Pria Tampar Perawat di Semarang, Akui Khilaf Serta Bingung karena Anak Sakit Panas dan Batuk
"Apalagi Indonesia punya senjata buat apa takut, masak lawan virus aja tidak bisa," kata Hidayatul, menirukan kata Budi.
Tak hanya itu, Hidayatul mengakui bahwa pelaku juga mengancam akan membunuh dan memenggal lehernya.
"Selepas meluapkan emosi, dia mengancam kalau ketemu di jalan mau membunuh dengan penggal leher," ujar Hidayatul.
Melihat keributan itu, dokter di klinik tersebut keluar dari ruangannya dan menjelaskan peraturan bahwa di klinik memang harus memakai masker.
Meski demikian, Budi tetap saja tidak menerima penjelasan tersebut.
Setelah mendapat perlakuan tersebut, Hidayatul mengaku merasa ketakutan.
Bahkan, dia mengaku kepalanya masih pusing setelah pemukulan tersebut.
Baca: Cerita Perawat Ditampar Orangtua Pasien, Korban Ketakutan Karena Diancam Akan Dibunuh
Korban lapor polisi
Tak terima pendapat perlakuan tersebut, Hidayatul memutuskan untuk melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Semarang Timur.
"Betul, kejadian ini sudah kami laporkan ke Polsek Semarang Timur untuk dimintai keterangan."
"Selanjutnya baru ditindaklanjuti ke Polrestabes Semarang," kata Hidayatul.
Untuk menguatkan bukti, Hidayatul juga telah melakukan visum guna keperluan proses penyelidikan kasus tersebut.
Pengakuan pelaku
Mengutip dari Kompas.com, dari pemeriksaan yang dilakukan polisi setelah berhasil mengamankan pelaku, alasan Budi melakukan penganiayaan tersebut karena emosi kepada korban.
Saat kejadian itu, pelaku dalam keadaan sadar dan tidak sedang terpengaruh minuman keras atau obat terlarang.
"Motif pelaku melakukan pemukulan karena merasa emosi pada saat diingatkan perawat di klinik tersebut untuk memakai masker."
"Mengingat kondisi sekarang mengantisipasi merebaknya Covid-19, semua diwajibkan memakai masker saat beraktivitas," kata Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, AKBP Asep Mauludin.
Dalam kesempatan yang sama, pelaku terlihat menahan tangis dengan tangan diborgol saat dibawa menuju ruangan konferensi pers di Kantor Polrestabes Semarang.
Baca: IDI: Penolakan Pemakaman Perawat Korban Covid-19 Sangat Tidak Pantas
Kepada awak media, pelaku meminta maaf atas perbuatan yang dilakukan kepada korban.
Ia mengatakan, saat kejadian itu, dirinya emosi karena tidak terima disuruh mengenakan masker oleh korban.
Pasalnya, kondisi saat itu anaknya sedang sakit panas dan meminta agar dokter segera melakukan pemeriksaan.
"Saya minta maaf atas kesalahan saya, saya khilaf karena saat itu saya bingung karena kondisi anak saya yang sakit panas sama batuk," terang Budi.
Meski penganiayan yang dilakukan sudah terekam CCTV dan viral di media sosial, tapi pelaku berdalih jika saat itu tidak melakukan penganiayaan seperti yang dituduhkan.
"Saya cuma menggetok wajah perawat itu, bukan melakukan penganiayaan," terangnya.
Baca: Ini Pengakuan Pria yang Tampar Perawat Karena Kesal Disuruh Pakai Masker: Cuma Menggetok Wajahnya
Wali Kota Semarang meminta maaf
Mengutip dari Tribun Jateng, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengaku prihatin terhadap kejadian pemukulan seorang perawat di Klinik Pratama Dwi Puspita yang dilakukan oleh warga Kemijen, Semarang Timur.
Pria yang akrab disapa Hendi tersebut mengatakan, bahwa kejadian tersebut menjadi pembelajaran bagi warga yang lain untuk mematuhi aturan yang ada.
"Saya rasa ini jadi pelajaran yang sangat berharga, kami sekali lagi meminta untuk mematuhi aturan yang ada."
"Tenaga medis telah mengorbankan tenaga dan pikiran, maka seluruh warga Semarang ikut masukan tim medis."
"Anda ke klinik harus jaga jarak, anda ditegur pakai masker ya harus pakai masker," terang Hendi.
Hendi juga meminta maaf atas kejadian arogansi warga Semarang yang telah melakukan penganiayaan kepada perawat tersebut.
"Buat kawan-kawan tenaga medis, kami atas nama pribadi dan atas nama Pemerintah Kota Semarang, memohon maaf adanya arogansi oknum yang terjadi," ujar Hendi
Ia juga memberikan semangat kepada para tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam penanganan pandemi Covid-19 ini.
"Mudah-mudahan kedepan selalu ada hal baik, semoga Covid-19 segera pergi dari Indonesia," imbuh Hendi.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri/TribunJateng.com/Eka Yulianti Fajlin) (Kompas.com/Riska Farasonalia)