Ika juga merasa takut jika melihat air putih karena trauma.
"Saya masih takut dan kebayang kejadian itu. Saya trauma kalau keluar rumah harus ditemani orangtua."
"Gak bisa pergi jauh dari rumah. Lihat air putih takut karena teringat siksaan," ungkapnya.
Ika bercerita, dirinya baru bisa lolos dari peristiwa itu karena dituduh mencuri ponsel.
Saat itu majikannya menyeret Ika ke Polsek Semarang Barat.
Ia mengaku mengambil ponsel milik majikannya secara diam-diam karena berniat ingin menghubungi keluarganya.
Sejak awal Ika bekerja, ponsel miliknya disita oleh pasutri tersebut.
Baca: Polisi Amankan Dua Pria di Dalam Mobil yang Terparkir Malam-malam di Areal Persawahan
Baca: 5 Provokator Tawuran Antar Warga di Perlintasan Kereta Manggarai-Menteng Ditangkap Polisi
Kecurigaan Polisi
Ketika polisi melihat kondisinya yang ketika itu babak belur pun merasa curiga.
Atas kecurigaan polisi, Ika dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan visum.
"Saat di kantor polisi kondisi saya lemas, memar, mau jalan juga susah, polisinya curiga. Saya diantar ke RS Bhayangkara. Kemudian saya divisum."
"Baru tahu kalau tenggorokan saya luka parah, pita suara rusak. Penyiksaan yang saya alami terbongkarnya awalnya ya dari situ," ujarnya.
Ika dan keluarganya berharap agar Polsek Semarang Barat memberi hukuman setimpal buat majikannya.
(Tribunnews.com/Indah Aprilin) (Kompas.com/Kontributor Semarang, Riska Farasonalia)