"Untuk menentukan atau memastikan penyebab kematiannya. Mereka harus dilakukan otopsi.
Seperti dua mayat korban itu, hasil otopsinya memang overdosis (miras)," paparnya.
Kematian delapan warga dan lima korban yang masih dalam kondisi kritis itu, menyisakan banyak cerita.
Katanya, mereka pesta miras dimulai Sabtu (2/5) sore atau pukul 16.30 WIB.
Entah siapa yang memulai atau yang punya miras oplosan itu, mereka minum di rumah Munar. Itu diikuti enam orang, yang salah satu korbannya masih kritis.
"Tak lama minum di rumah korban, sekitar satu jam, mereka pindah tempat," ujar Bagas Wigasto, Kades Rejowinangun.
Ada yang mengatakan, mereka pindah tempat itu karena minumannya habis.
Namun, juga ada yang bercerita kalau tak enak dengan tetangganya sehingga pindah ke tepi Kali Lodoagung yang berjarak 1 km dari rumah Munar.
Atau tepatnya di belakang sekolah SDN II Plosorejo.
Rupanya, mereka tak cukup minum sekali itu saja, Sabtu (2/5). Sehari kemudian, mereka kembali menggelar pesta miras dan berakhir, Minggu (3/5) malam.
Selang sehari kemudian, Senin (4/5) siang, warga mulai gempar karena beberapa orang, yang habis pesta miras diketahui mengerang kesakitan. Di antaranya, Munar, dan Agus.
"Keduanya itu warga saya. Saat kesakitan mereka mengeluh perutnya sakit yang luar biasa. Seperti tak biasa BAB, dan matanya tak bisa melihat, sehingga dibawa ke rumah sakit," paparnya.
Di Blitar, tak hanya kelompoknya Munar yang menggelar pesta miras malam itu.
Namun di tempat lainnya juga ada acara serupa. Yakni di dekat kandang babi yang berjarak sekitar 4 km dari lokasi Kali Lodoagung yang ada di belakang sekolahan SD itu.