"Waktu itu, kapal kami bocor dan hampir tenggelam. Kami turun ke laut untuk membetulkan. Sementara bantuan baru datang selang dua hari. Seluruh ABK harus turun dan kami bertahan di tengah laut, itu terjadi sekitar tahun 2017," kenangnya.
Kulitnya yang mulai keriput serta kondisi tubuh yang mulai ringkih tak menjadi persoalan baginya untuk sampai ke kampung halaman.
Ia menyadari, di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, semua lapisan masyarakat sama-sama mengalami kesusahan.
Jika harus disuruh mengingat, sepanjang perjalanan dalam ingatannya hanya sang istri dan anak-anak di rumah.
Satu tas ransel berukuran sedang ia tenteng, rambutnya yang mulai rontok, gigi depannya yang mulai ompong menandakan tenaganya sudah tak sekuat 40 tahun silam.
"Ini sudah pekerjaan saya sejak muda. Kapal saya mengangkut kayu dari Kalimantan ke Surabaya," terang dia.
Sepanjang ruas jalan Jombang menuju Sragen, ia habiskan dengan keyakinan.
Barangkali pria berdasar Batak-Bandung ini juga kenyang dengan keyakinan.
Karena modalnya untuk menempuh perjalanan Surabaya-Yogyakarta hanya seonggok keyakinan dan tekad untuk sampai ke rumah.
Selama perjalanan pun, Agus hanya mengandalkan pemberian orang yang kebetulan melintas dan membagi-bagikan makanan.
"Di pertigaan bangjo (traffic light) saya berhenti, di sana pasti ada tumpangan mobil pickup ya hanya dengan itu saya mengandalkan untuk sampai ke Jogja ini. Ada saja orang yang mengasih saya makanan," ungkap dia.
Malam kedua ia habiskan di Sragen, seperti malam sebelumnya, Agus pun mengaku hanya tidur di tempat seadanya, di emperan ruas jalan Sragen-Solo.
Lagi-lagi penolakan dari Sopir truk harus ia terima.
Ia menceritakan, tawar menawar antara Sopir truk pun dilakoni.
Namun, para Sopir tak ingin ambil risiko.
"Hanya mobil pickup saja yang bersedia membawa saya sampai ke Solo. Dari Solo ke Jombor, saya juga numpang mobil pickup," ujar dia.
Ia pun sampai ke Jogja dengan selamat sekitar pukul setengah tiga sore.
Baca: Sudah Diperingatkan Tapi Melawan, Bandit Motor Ditembak Mati Polisi
Saat ini, Agus hendak melanjutkan perjalanan menuju Kebumen dan menanti tumpangan untuk selanjutnya ke Cilacap dan terus ke barat menuju Tasik.
"Tidak masalah, kehidupan di laut jauh lebih keras dibandingkan di darat. Jadi ini bukan menjadi masalah besar. Yang terpenting saya bisa sampai ke kampung halaman dengan selamat, entah kapan," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul: Kisah ABK yang Sempat 2 Hari Berenang di Perairan Jepara, Kini Mencari Tumpangan ke Kampung Halaman