Dalam kesempatan itu, Prof Ismi juga menjelaskan terkait penyebab dari adanya korupsi.
Menurutnya, terdapat 4 hal yang dapat mendorong, baik organisasi, institusi maupun seseorang, untuk melakukan tindak kejahatan luar biasa ini.
"Pertama yakni dasarnya serakah, karena di setiap manusia di dalam dirinya ada potensi untuk melakukan perbuatan-perbuatan serakah," ungkapnya.
Sementara hal kedua yang mendorong terjadinya korupsi yakni adanya kebutuhan.
"Jadi ada kebutuhan individu yang mungkin untuk menunjang kehidupannya agar menjadi lebih kaya."
"Kemudian yang ketiga yang juga menjadi perhatian kita adalah adanya kesempatan," jelasnya.
Menurutnya, selama ini baik organisasi, instansi, maupun masyarakat masih membuka kesempatan bagi orang-orang untuk melakukan korupsi.
Baca: 22 Tahun Reformasi, Cak Imin: Kita Patut Menghitung Ulang dan Melakukan Evaluasi Total
Adapun hal terakhir yang ia maksud, yakni bagaimana pengungkapan kasus korupsi yang terjadi.
"Kalau kasus korupsi selama ini terjadi dan ada pengabaian dalam arti tindakan hukum dan sanksi sosial yang dilakukan terhadap kasus atau pelaku korupsi tidak sebanding ini dapat mendorong seseorang untuk melakukan korupsi secara berulang-ulang bahkan korupsi secara jamaah," ucapnya.
Di sisi lain, ia mengaku pemerintah juga memiliki hambatan dalam melakukan penanganan tindak korupsi di tanah air.
Dekan Fisip UNS ini melihat sektor-sektor yang ada di Indonesia masih memiliki egoisme yang sangat tinggi.
"Bahkan sering terjadi adanya penggelembungan-penggelembungan dana, bukan disebabkan karena kebutuhan organisasi itu sendiri, tetapi lebih adanya ego sektoral," ujarnya.
Kemudian ia menyebut banyaknya kasus korupsi yang terjadi juga karena belum berfungsinya pengawasan dan lemahnya koordinasi.
"Pengawasan-pengawasan internal itu belum berjalan secara intensif dan koordinasi lintas lembaga juga belum berjalan secara optimal," ungkapnya.