"Setelah sampai di rumah sakit, pusingnya bertambah, langsung buru-buru balik ke Puskesmas lagi."
"Setelah sampai di Puskesmas, mau turun dari ambulans, baru buka pintu mobil, 'tiba-tiba semuanya gelap' katanya," ungkap Gravysa kepada Tribunnews.com, Jumat (22/5/2020).
Beberapa saat kemudian, Tri Hartono bangun dengan posisi sudah terlentang di lantai.
Saat tersadar, Tri Hartono mendapati temannya tengah berusaha membuka APD yang dipakainya dengan cara digunting.
"Saat sadar, ayah ngerasa masih pusing banget. Dia langsung membatalkan puasanya, minum."
"Dia ditangani teman-teman sesama perawat dengan memberikan oksigen," paparnya.
Baca: Kisah Pilu Pria Magetan Menangis Saat Jual Blender Bekas di Pinggir Jalan untuk Beli Beras
Keseharian Tri Hartono selama pandemi virus corona
Gravysa menuturkan, sang ayah biasanya bekerja selama 5 jam sehari, Senin sampai Sabtu, dari pukul 08.00-13.00 WIB.
Sebagai perawat di faskes pertama, lanjut dia, penanganan pasien selalu dilakukan semaksimal mungkin.
Bahkan, sang ayah juga melakukan tracing contact terhadap orang dalam pengawasan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang tanpa gejala (OTG) ke daerah-daerah.
"Mengantar pasien dari puskesmas ke rumah sakit rujukan bolak-balik."
"Menggunakan APD lengkap yang pasti itu panas dan sumpek, tapi ayah tetap semangat. Bahkan tetap berusaha untuk puasa," jelas Gravysa.
Baca: Kisah Pilu Pemakaman Bayi PDP Covid-19 Berusia 10 Hari, Petugas Tahan Tangis saat Azani Jenazah
Biasanya setelah sang ayah pulang ke rumah, Tri Hartono langsung masuk kamar mandi tanpa melakukan kontak apapun dengan orang-orang yang berada di rumah.
"Langsung bersihin diri dan cuci baju yang tadi dia pakai," jelasnya.