News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Siapa Sangka Yusron Sempat Berinteraksi dengan Pacar Korbannya Setelah Membunuh Sang Terapis Pijat?

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mahasiswa di Surabaya jurusan Teknik Sipil pembunuh wanita terapis pijat panggilan mengaku marah setelah bayar Rp 900 ribu pakai uang SPP kuliah, cuma digituin saja.

Saking teriris-iris hatinya, Hariati tak kuasa menahan sedih. Ia turut menitikkan air mata.

Baca: Skuat Komplit Barcelona Lawan Sevilla: Mulai Lionel Messi, Luis Suarez, hingga Antoine Griezmann

Dia paham, betapa tak kuasanya seorang ibu mendengar kabar anaknya tewas, apalagi dengan cara-cara yang tragis.

"Ya nangis di sini mas, saya nggak kuat lihatnya," ujarnya saat ditemui awak media di kediaman ibunda korban, Rabu (17/6/2020).

Hariati mengungkapkan, pacar korban datang sekira pukul 11.30 WIB sengaja ditelepon oleh sahabatnya, yakni Suhartiningsih.

Ibunda korban yang saat itu mendapat kabar langsung dari sejumlah anggota Polrestabes Surabaya, langsung menelepon calon menantunya itu.

Tersangka saat ditangkap di daerah Ngoro, Mojokerto, Rabu (17/6/2020) (Surya)

"Pacarnya datang siang jam 11.30 WIB. Nangis di sini pacarnya terus memeluk paha ibunya, nangisnya lama," ujarnya.

Ia tidak mengetahui pasti berapa lama anak sahabatnya itu; Oktavia Widiyawati, menjalin hubungan spesial dengan S.

Melihat ekspresi hancur dari S, ia meyakini, S begitu sayang pada Oktavia yang akrab disapa Monic.

Sosok Asli Oktavia Widyawati

Keluarga Oktavia Widiyawati (32), terapis pijat wanita yang dibunuh di dalam rumah di Lakarsantri, Surabaya, merasa terpukul dengan insiden tersebut.

Baca: Kasus Pak RT Tewas Ditusuk Warganya Sendiri: Kata Ketua RW dan Kondisi Tersangka Selama PSBB

Adik korban, Mendi (27) berkali-kali menyeka air mata. Mendi tak kuasa menahan tangis. Suaranya terdengar lirih, nyaris tak terdengar.

Bahkan saat ditanyai mengenai kenangan terakhir bersama sang kakak. Tangisan Mendi sontak pecah.

Mendi mengatakan, kakak pertamanya itu sudah cukup lama tidak tinggal serumah dengan ibunya.

"Enggak tahu kosnya di mana. Masih di kawasan Surabaya," ujarnya saat ditemui awak media di kediaman ibunda korban di Jalan Ciliwung, Wonokromo, Surabaya, Rabu (17/6/2020) sore.

Sosok korban di mata Mendi terbilang sebagai wanita yang pendiam. Tak semua obrolan gampang diungkap kakaknya.

Namun sebagai figur kakak, korban adalah sosok yang peduli dan pengertian pada keluarga dan adik-adiknya.

"Tapi kalau mau interaksi ya main ke rumah sini aja, terus lewat telpon aja. Orangnya emang tertutup, enggak suka cerita-cerita, orangnya suka mandiri," ujarnya.

Disinggung mengenai profesi atau pekerjaan kakaknya, Mendi beberapa kali menggelengkan kepala.

Pertanda bahwa dirinya tidak pernah tahu pekerjaan kakaknya selama ini.

"Enggak tahu aku," jelasnya.

Seingat Mendi, terakhir kali kakaknya itu berjumpa keluarga, pada Jumat (12/6/2020) pekan lalu.

Baca: 657 Pekerja di Rumah Pemotongan Hewan Jerman Positif Covid-19, 7.000 Orang Dikarantina

Kakaknya itu datang ke rumah. Melepas kangen dengan sang ibundanya, Suhartiningsih (53), yang tergolek lemas karena sakit demam, dan memberikan sedikit uang kepada ibundanya.

"Kalau saya terakhir ketemu kakak, Kamis (11/6/2020), saat dia pesan makanan, gak ada yang aneh. Kalau ketemu saya hari Kamis, Cash on Delivery (COD) makanan beku di HR Muhammad," ujar dia.(Firman Rachmanudin/Luhur Pambudi/Putra Dewangga/Surya.co.id)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Pembunuh Terapis Wanita di Surabaya Bertemu Pacar Korban Setelah Beraksi, Berikut Update Faktanya

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini