Adapun yang ketiga, Uun menyarankan, menegur itu penting.
Tetapi harus dipahami, menegur boleh saja namun dengan catatan korban sudah merasa siap.
Pasalnya, bila yang keluar ekspresi marah yang berlebihan, justru membuat pelaku lebih senang dan bergairah.
Penyebab orang mengidap eksibisionis
Menurutnya, ada berbagai penyebab yang bisa membuat orang memiliki perilaku eksibisionis.
Misalnya, pertama faktor psikologis, dalam masa anak-anak atau di fase genitalnya tidak berkembang dengan sempurna.
"Dia biasanya akan menunjukan aku laki-laki dan aku kuat, itu salah satu penyebabnya," ungkapnya.
Kedua, faktor biologis, yang mungkin bisa dipengaruhi oleh hormonal dan genetik.
Adapun, ketiga faktor lingkungannya mendukung dia melakukan hal seperti itu.
Uun menuturkan, dirinya pernah mewawancarai pelaku eksibisionis.
Baca: Pria Suka Pamer Alat Vital Kepada Wanita di Semarang, Dikira Begal Keluarkan Senjata, Ternyata?
Saat ditanya mengapa melakukan hal tersebut, pelaku menjawab karena ingin berfantasi.
"Artinya setiap pelaku bisa berbeda, bisa juga menunjukan dia laki-laki yang kurang dihargai di lingkungannya," terangnya.
Menurut Uun, perilaku eksibisionis merupakan satu diantara gangguan seksual yang paling sering dijumpai di sekitar masyarakat.
"Memang sangat banyak, hampir di semua daerah ada orang seperti ini," ungkap Uun.
Kendati demikian, pelaku tidak bisa langsung diberi label memiliki gangguan eksibisionis.
"Bila dia melakukan perilaku itu konsisten, minimal enam bulan, itu baru kita katakan eksibisionis," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)