News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Viral Foto-foto Kristal Es Selimuti Tanaman di Dataran Tinggi Dieng, BMKG Beberkan Penyebabnya

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto-foto yang menunjukkan fenomena kristal es di Dieng, Jawa Tengah, viral di media sosial. BMKG pun memberikan penjelasan.

TRIBUNNEWS.COM - Foto-foto yang memperlihatkan tanaman di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, diselimuti kristal es mendadak viral.

Foto-foto tersebut ramai diperbincangkan setelah diunggah oleh sejumlah akun di berbagai platform media sosial.

Seperi akun @iks_infokaresidenansolo mengunggah empat foto berbeda.

Semua foto tersebut memperlihatkan tanaman-tanaman di kawasan wisata yang terletak di Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo itu diselimuti kristal es putih.

Unggahan tersebut sontak membuat warganet penasaran dengan fenomena ini.

Hingga Senin (27/7/2020), sebanyak lebih dari enam ribu warganet menyukai foto-foto tersebut dan turut meramaikan kolom komentar.

Tangkap layar akun @iks_infokaresidenansolo.jpg (https://www.instagram.com/iks_infokaresidenansolo/)

Baca: VIRAL Video TikTok Reaksi Ibu Mengetahui Anaknya yang Berusia 17 Tahun Hamil, Tawarkan 3 Pilihan

Penjelasan BMKG

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ahmad Yani Semarang, Achadi Subarkah Raharjo, menjelaskan fenomena yang viral tersebut oleh warga sekitar disebut dengan embun upas.

Achadi mengatakan fenomena ini biasa dan sering terjadi di kawasan wisata tersebut sekitar Juni hingga Agustus.

"Ketika di Jawa tengah telah memasuki musim kemarau tepatnya di dataran tinggi Dieng, sering terjadi adanya pembentukan es di permukaan bumi."

"Termasuk penampakan kristal es pada tanaman serta benda-benda lainnya tersebut, oleh masyarakat sekitar peristiwa ini dinamakan embun upas," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews, Senin (27/7/2020).

Achadi melanjutkan penjelasannya, secara fisis, peristiwa terbentuknya embun upas merupakan proses perubahan wujud benda secara alami yang terjadi dalam waktu singkat.

Yakni dari mengembun-membeku dan mencair.

"Sedangkan musim kemarau di Indonesia secara regional dipengaruhi oleh mesin cuaca dinamakan Monsoon Australia," ungkapnya.

Achadi mengandaikan, pada musim tersebut, benua Australia ibarat memiliki mesin kipas angin raksasa, yang mengembuskan massa udara bersifat kering dan dingin ke wilayah selatan garis ekuator Indonesia.

Baca: Viral Video Sejumlah Seragam Tentara China Dicuci di Jakarta Utara, Ini Penjelasan Polisi

"Saat musim kemarau, suhu dapat mencapai 0 ºC atau lebih rendah lagi."

"Pola suhunya banyak dipengaruhi perpindahan dan pertukaran radiasi di permukaan, sirkulasi angin lembah dan angin gunung, serta sistem konvektif skala meso," bebernya.

Achadi juga menambahkan, tingginya kelembaban udara tersebut akibat kompleksitas pegunungan dan tutupan lahan.

Disinilah embun upas terbentuk.

"Pola kelembaban udara harian di Dieng dapat menjadi jenuh (terkondensasi) menjelang pagi hari, uap air di udara berubah menjadi titik-titik air, di saat yang bersamaan suhu udara harian juga menuju pada titik minimumnya mencapai 0 ºC atau bahkan minus," kata Achadi kembali menegaskan.

Baca: Viral Video Camat Samarinda Disuruh Bersihkan Sampah oleh Pimpinan Kantor, Dikira Petugas Kebersihan

Selanjutnya, akibat suhu lingkungan yang sangat dingin, titik-titik air (embun) yang telah terbentuk tersebut kemudian berubah menjadi kristal es (embun upas).

Embun upas akan bertahan ketika suhunya masih berada pada kisaran titik beku, seiring matahari mulai terbit, embun upas perlahan mencair dan sebagian menjadi uap air lagi.

Terakhir, Achadi menyebut dengan adanya data pengamatan cuaca yang akurat dan dengan peralatan yang terstandar di lokasi, pola pembentukan embun upas di Dataran Tinggi Dieng ini dapat diprakirakan secara baik dan menjadi daya tarik wisatawan.

Selain itu, fenomena embun upas di Dataran Tinggi Dieng menjadi satu dari laboratorium terbuka di alam.

"Beragamnya fenomena cuaca yang terjadi di setiap daerah menjadikan alam sangat menarik untuk dipelajari," tandasnya.

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini