Dalam menjalankan tugas tersebut, ia juga harus mampu memerankan sosok yang ditugaskan sang komandan waktu itu.
"Komandan berkata ke saya, kamu saya kasih tugas pengawas musuh karena kamu masih di bawah umur tidak dicurigai musuh dan antek Belanda," kata Ngatimin.
"Kemudian, kamu harus pura-pura jadi anak tidak normal saat ketemu dengan tentara Belanda," imbuhnya.
Peran itupun dijalankan Ngatimin muda dengan baik, tentara Belanda tidak menyangka bila dirinya adalah seorang mata-mata.
"Ada Belanda lewat saya layaknya anak tidak normal ngiler-ngiler gitu. Akhirnya, saya dibiarkan saja," tutur dia.
Ngatimin muda pun harus terus memberikan informasi kepada komandannya soal keberadaan tentara Belanda.
Hal itu guna mendukung strategi yang disiapkan sang komandan.
Seiring berjalannya waktu, peran Ngatimin muda semakin berkembang.
Ia mulai ditugaskan untuk memastikan senjata para tentara Indonesia aman disembunyikan di wilayah musuh.
Satu diantaranya yaitu berada di sisi timur lapangan udara Panasan.
Ngatimin terus berusaha mengamankan senjata dan melindungi diri supaya tidak tertangkap.
Apabila tertangkap, Ngatimin muda harus menghadapi nasib kematian.
Ngatimin mengaku dirinya bahkan sempat bertahan hidup dengan memanfatkan tanaman di sekitarnya selama 20 hari karena harus sembunyi dari kejaran tentara Belanda.
Terkadang Ngatimin muda juga harus menahan rasa laparnya.