Meski sudah berstatus penyidikan, yang artinya polisi sudah menemukan dugaan tindak pidana disertai adanya dua alat bukti, polisi belum mengumumkan tersangka dalam kasus itu.
Perbuatan penipuan dalam kasus itu didapat keterangan dari sejumlah eks anggota ormas tersebut.
"Modus penipuannya, yang mendaftar akan dapat uang dari Bank Swiss," ucapnya.
Sejumlah eks anggota paguyupan ini, kata Erdi, mengaku sempat dimintai uang lalu dijanjikan mendapat emas batangan seberat 800 ribu kilogram.
"Saksi yang kami mintai keterangan bahwa saat menjadi anggota, diminta pendaftaran Rp 100 ribu sampai Rp 600 ribu per orang. Dalihnya setelah membayar, nanti diganti setelah ada pencairan dari Bank Swiss," ujar Erdi.
Pimpinan Paguyuban Tunggal Rahayu, Sutarman alias Cakraningrat, mengatakan uang rupiah yang dicetak dan dipakai transaksi ormasnya bertujuan untuk membangkitkan sejarah.
Paguyuban Tunggal Rahayu memiliki empat pecahan mata uang, yakni 1.000, 5.000, 10.000, dan 20.000.
Di pecahan 20.000, terdapat foto Sutarman. Sutarman mengaku mencetak uang itu menggunakan printer.
Dia tidak pernah mengambil desain uang yang dibuat pemerintah karena bisa masuk penipuan.
"Saya tidak pernah cetak uang pecahan Rp 100 ribu walaupun satu lembar. Saya tidak pernah mengambil yang dipakai oleh pemerintah. Sebab itu masuknya penipuan nanti," kata Sutarman.
Dia berani mencetak uang karena memiliki data perjanjian awal. Uang yang dipakainya adalah desain era 1960-an.
Uang tersebut sengaja dicetak untuk membangkitkan asal usul pembuatannya. Ia menambahkan, banyak yang tak tahu sejarah sehingga ia berani keluar dan mencetak uang.
"Asal usulnya dari mana, sejarahnya dari mana, kronologinya seperti apa, historisnya seperti apa. Jadi ini banyak yang tidak tahu sejarah," ujarnya. (firman wijaksana)
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul "Heboh Paguyuban Tunggal Rahayu, Ada Foto Sutarman di Uang Pecahan 20.000, Ini Kata Pimpinannya"