“Sebenarnya itu kan kajian untuk membaca potensi, bukan prediksi. Itu yang tidak dipahami masyarakat,” terang Soeroto, Kamis (8/10/2020) pagi.
Soeroto mengungkap, awalnya terjadi fenomena air laut surut seperti biasa.
Sebagian warga melaporkan adanya ikan-ikan yang mendarat di pantai.
Melihat itu ada warga yang meneriakkan tsunami, hingga menimbulkan ketakutan.
“Spontan masyarakat lari ke tempat tinggi. Ini sudah kejadian yang ketiga,” ujar Soeroto.
Saat ini masyarakat Dusun Sine sudah kembali beraktivitas seperti semua.
Baca: Deretan Fenomena Alam Terkait Awan, Ada yang Mirip Gelombang Tsunami hingga Melingkar Seperti Topi
Menurut Soeroto, respon masyarakat terhadap isu tsunami itu menunjukkan kesiapsiagaan mereka.
Jika memang muncul tanda-tanda tsunami, mereka sudah bisa melakukan evakuasi diri dan mencapai titik aman.
“Positifnya, jika memang terjadi tsunami masyarakat sudah aman. Mereka sudah tahu cara menyelamatkan diri,” sambung Soeroto.
Namun memang perlu ada penekanan tanda-tanda alam datangnya tsunami.
Dengan begitu masyarakat tidak percaya begitu saja saat ada isu datangnya tsunami.
Ia mamaparkan, tsunami selalu didahului dengan gempa bumi.
“Kalau gempanya hanya 1-2 skala richter tidak mungkin terjadi tsunami,” katanya.
Baca: Viral Air Laut Pantai Benteng Portugis Surut, Tampak Hamparan Pasir, BMKG: Tidak Ada Potensi Tsunami
Setelah gempa, 20 detik kemudian diikuti fenomena air laut surut secara signifikan.