Sampel gas yang diambil Yulianto dan Alzwar Nurmanaji, malamnya langsung dibawa ke BPPTK Yogyakarta. Paginya langsung dianalisis di laboratorium kimia.
Hasilnya dibawa ke rapat lengkap pimpinan BPPTK Yogyakarta yang dipimpin Subandriyo. Kadar gas CO2 dari sampel yang diuji, ada yang sudah lebih dari 60 persen.
“Dari dua sampel yang dianalisa, saya lihat gas CO2 di sampel satu lebih dari 30 persen, sampel kedua lebih dari 60 persen,” beber Subandriyo.
Baca juga: Kesiapsiagaan Hadapi Potensi Erupsi Merapi di Masa Pandemi COVID-19
Parameter penting lain menurutnya, kandungan HCL tinggi, mengindikasikan gas yang keluar gas magmatis. Kedua, H2O, kandungan air turun. SO2 naik. Itu indikasi kuat gasnya sangat tinggi,” imbuh Subandriyo.
“Ini menurut saya luar biasa. Dari situ kesimpulan mengerucut, letusan Merapi akan eksplosif,” lanjutnya. Sore itu, Rabu 20 Oktober 2010, direkomendasikan status Merapi naik jadi Siaga.
Kamis pagi, 21 Oktober 2010, Kepala PVMBG Dr Ir Surono, mengumumkan kenaikan status aktivitas Merapi dari Waspada ke Siaga.(Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)