Namun, ada juga orang yang menitipkan anjingnya namun tak pernah diambil.
"Ada yang disuruh nyari anjing. Sudah dicarikan enggak diambil. Ada yang bawa ke sini, disuruh melatih, sudah dilatih dan pintar enggak diambil. Kebanyakan ambil yang dibuang dan terlantar," ceritanya.
Lelut menceritakan, tidak sekedar membawa anjing miliknya jalan-jalan, ia juga sembari bekerja.
Ia menempatkan dua ember putih di samping kanan, dua di samping kiri, dan satu di atas jok.
Setelah ditutup, anjing dinaikkan di atas lima ember bekas cat tersebut.
Baca juga: Pabrik Miras Oplosan Omzet Rp 4 Juta Digerebek, Pemilik Oplos Alkohol 90 Persen dengan Minuman Ini
Kemudian satu anjing duduk di jok depan. Ia lalu menyusuri sekitar Jalan Canggu, hingga Denpasar untuk mengumpulkan limbah sisa makanan dari rumah makan dan hotel.
Limbah tersebut digunakan untuk memberi pakan 30 ekor babi miliknya.
"Istilahnya sekalian bekerja karena saya beternak babi, nyari makannya dari limbah sisa makanan, hotel restoran. Ambil limbah itu lah saya ajak anjing-anjing ini," katanya.
Dengan membonceng enam anjing, ia mengaku harus lebih berhati-hati dalam berkendara.
Saat di jalan, seringkali Lelut mendapat respons beragam dari warga yang melihatnya. Ada yang takut, ada yang heran, dan ada yang kagum.
"Kebanyakan minta foto-foto tapi," katanya.
Adapun 22 ekor anjing itu akan bergantian diajak jalan-jalan.
Dalam seminggu ia biasanya dua kali melakukannya.
Ia mengatakan, dalam merawat 22 anjing harus menyisikan setidaknya Rp 2 juta hingga Rp 3 juta untuk biaya perawatan hingga makanannya.