Justru semut-semut tersebut masih terus muncul bertambah banyak.
Menurut Munjiat, ada warga yang menggunakan cairan antinyamuk merek tertentu yang mempan membunuhnya.
Sayang, harganya mahal sehingga bisa menguras dompet karena harus rutin disemprotkan.
Sebagai antisipasi, warga biasa menggunakan bedak bayi meminimalkan semut supaya tidak menyerang.
Ada pula yang memakai produk pertanian yang biasa dipakai menyemprot tanaman.
Karakter semut ini sangat agresif dan menyerang.
Tak hanya mengigit juga menyebabkan mata pedih.
Semut biasa keluar saat musim penghujan.
Lebih aktif pada malam hari, jumlahnya bisa mencapai 20 kali lipat dibanding saat siang hari.
Diperkirakan semut ini muncul sejak 2017, berawal dari tempat gergaji kayu.
Diduga kayu yang dibawa berasal dari luar desa bahkan luar Banyumas yang membawa semut-semut tersebut.
Pemilik gergajian mengaku tak mengetahui jenis kayu yang menjadi sarang semut-semut tersebut.
Sebab, tahun tersebut tempatnya dikontrak oleh pengusaha lain.
Adakah kemungkinan kayu dari luar Jawa?