"(Banjir) sudah terlalu lama. Dibandingkan tahun lalu enggak sampai seperti ini," ujar pria yang memakai kaos biru dengan kombinasi putih tersebut.
Baca juga: Korban Meninggal Akibat Covid-19 Meningkat, TPU Jombang di Tangsel Buka Lahan Baru
Lebih parah dari tahun sebelumnya
Mundjidah mengakui, banjir yang melanda dusun itu lebih parah dari tahun sebelumnya. Banjir ini juga lebih lama surut.
Menurut Mundjidah, hal itu dipengaruhi tingginya curah hujan akibat fenomena La Nina.
Selain itu, tumpukan sampah yang menghambat aliran sungai Avur Watudakon ke Dam Sipon juga berpengaruh, sehingga air sungai meluber ke perkampungan warga.
"Problemnya memang setiap tahun, namun tahun ini lebih besar dan lebih lama. Saya pantau makin naik airnya karena (faktor) hujan (terjadi) setiap hari," ujar Mundjidah saat meninjau lokasi banjir, Rabu.
Pemkab Jombang telah berupaya untuk mempercepat banjir surut. Salah satunya dengan membersihkan sampah yang menghambat laju aliran air di sungai.
"Kita sudah lakukan bersama-sama BBWS, PUPR Kabupaten dan Kabupaten Mojokerto untuk mengatasi hal ini. Kami upaya mendatangkan alat untuk mengeruk sampah yang ada di Dam Sipon, sehingga airnya bisa lancar," kata Mundjidah menjelaskan rencana penanganan banjir.
Baca juga: Pemerintah Bakal Bangun Jembatan KA yang Putus Akibat Banjir di Brebes
Sebelumnya, banjir melanda Dusun Beluk, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, sejak awal Januari 2021.
Pantuan Kompas.com, kondisi banjir pada Rabu atau pada hari ketiga belas, masih sama dengan sehari sebelumnya.
Banjir menggenangi sepanjang jalan Dusun Beluk, pekarangan rumah, hingga sebagian besar rumah warga.
Ketinggian banjir bervariasi. Di jalan raya dan pekarang rumah warga, ketinggian banjir antara 30 hingga 80 centimeter.
Sedangkan di rumah warga, ketinggian air antara 15 hingga 50 centimeter.
Banjir tersebut menyebabkan 170 rumah serta sekitar 90 hektar lahan pertanian terdampak banjir.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Protes Warga Terdampak Banjir ke Bupati: Ayo Masuk kalau Berani, Jangan Hanya di Sini
(KOMPAS.com/Moh Syafii)