TRIBUNNEWS.COM - Pendistribusian bantuan logistik korban gempa Majene, Sulawesi Barat, mendapat pengawalan ketat dari kepolisian.
Pengawalan tersebut dilakukan sebagai mengantipasi penjarahan di jalan.
Kepala Bagian Operasi, AKP Ujang Saputra, Minggu (17/1/2021) juga mengatakan kegiatan ini dilakukan agar bantuan tersalurkan secara merata.
Sebab, sebelumnya telah banyak beredar video penjarahan. Kejadian ini disebut mirip di Donggala saat gempa dan tsunami menggoncang Kota Palu dan sekitarnya.
"Untuk itu, kami kawal setiap logistik bantuan yang akan melintas dengan harapan bantuan tersalurkan secara merata," tuturnya.
Baca juga: BNPB Catat 637 Korban Luka di Kabupaten Majene, 189 Orang di Kabupaten Mamuju
Baca juga: Akses Jalan Mamuju-Majene Sudah Bisa Dilalui Setelah Putus karena Gempa
Teknis pengawalan sendiri dilakukan dua kali yaitu pagi jam 09.00 Wita dan sore jam 15.00 Wita sehingga bantuan yang masuk tersalurkan dengan tertib dan merata.
Disamping itu, menurutnya penjarahan dilakukan oleh beberapa warga karena mereka mungkin belum tersetuh bantuan.
Bantuan disalurkan hanya fokus ketitik pengungsian yang telah ditetapkan pemerintah setempat, sedangkan banyak titik pengungsian yang didirikan secara mandiri oleh warga untuk mengantisipasi bencana susulan.
"Kami memerintahkan seluruh personel mendata secara akurat korban maupun rumah warga yang roboh dan kerusakan lainnya sehingga apa yang ada bisa menjadi titik fokus kegiatan kita dilapangan," tuturnya.
Reaksi Risma soal video penjarahan
Baru-baru ini warganet dihebohkan dengan beredarnya tiga video yang memperlihatkan aksi penjarahan, Sabtu (16/1/2021).
Diduga, pelaku adalah pengungsi korban gempa bumi di Sulawesi Barat. Mereka mencegat mobil pembawa bantuan logistik di Jalan Majene-Mamuju.
Baca juga: Selamatkan Bayi di Incubator Rumah Sakit, Suster Mia Meninggal saat Gempa Susulan Guncang Majene
Baca juga: Aksi Heroik TNI di Gempa Mamuju, Pasang Badan Lindungi Istri & Anak dari Reruntuhan, Ada yang Tewas
Terkait dengan video tersebut, Menteri Sosial Tri Rismaharini pun angkat bicara.
Risma, seperti diberitakan kompas.com, meminta sejumlah video yang tersebar dan viral itu jangan sampai dianggap sebagai bentuk aksi penjarahan.