News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gempa di Sulawesi Barat

Pascagempa Majene, Sebagian Warga Maliaya Belum Dapat Tenda, Mereka Tinggal di Kandang Ayam

Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Puluhan pengungsi gempa di Majene tepaksa tinggal di kandang ayam, Minggu (17/1/2021).

TRIBUNNEWS.COM - Puluhan warga Maliaya, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, belum memperoleh tenda pascagempa berkekuatan 6,2 SR melanda beberapa hari silam.

Untuk sementara mereka terpaksa tinggal di kandang ayam beralaskan terpal.

"Izin, kami butuh tenda, kasihan warga saya yang tinggal di kandang Ayam Potong Posko Desa Maliaya. Ada yang jual tenda, hubungi saya Kades Maliaya," tulis Masri diunggahan postingan Facebook. 

Saat dihubungi tribun-timur.com, Minggu (17/1/2021), Masri menuturkan bahwa sudah ada bantuan yang datang. Tapi belum cukup.

Warga, lanjut dia, membutuhkan tenda yang layak untuk berteduh.

Baca juga: BNPB Catat 637 Korban Luka di Kabupaten Majene, 189 Orang di Kabupaten Mamuju

Baca juga: Warga Malunda Majene Pilih Kosongkan Kampung Khawatir Terjadi Gempa Susulan

Masri sangat mengharapkan bantuan pemerintah dan relawan kepada warganya.

Pascagempa sejak Kamis, warga Majene panik dan ketakutan. Mereka memilih meninggalkan rumah sehingga daerah setempat kosong.

Mereka khawatir akan ada gempa susulan yang lebih besar. Apalagi rentetan gempa masih terjadi di wilayah itu hingga hari ini.

Logistik dikawal ketat  

Pendistribusian bantuan logistik korban gempa Majene, Sulawesi Barat, mendapat pengawalan ketat dari kepolisian.

Pengawalan tersebut dilakukan sebagai mengantipasi penjarahan di jalan.

Kepala Bagian Operasi, AKP Ujang Saputra, Minggu (17/1/2021) juga mengatakan kegiatan ini dilakukan agar bantuan tersalurkan secara merata.

Sebab, sebelumnya telah banyak beredar video penjarahan. Kejadian ini disebut mirip di Donggala saat gempa dan tsunami menggoncang Kota Palu dan sekitarnya.

"Untuk itu, kami kawal setiap logistik bantuan yang akan melintas dengan harapan bantuan tersalurkan secara merata," tuturnya.

Baca juga: Akses Jalan Mamuju-Majene Sudah Bisa Dilalui Setelah Putus karena Gempa

Teknis pengawalan sendiri dilakukan dua kali yaitu pagi jam 09.00 Wita dan sore jam 15.00 Wita sehingga bantuan yang masuk tersalurkan dengan tertib dan merata.

Disamping itu, menurutnya penjarahan dilakukan oleh beberapa warga karena mereka mungkin belum tersetuh bantuan.

Warga mengungsi setelah gempa landa Majene, Sulawesi Barat, Jumat (15/1/2021) dini hari. Anak-anak hingga lansia mengungsi ke Bukit Tinggi Kecamatan Ulumanda. Mereka mulai kekurangan logistik. (Tribun Timur/Nurhadi)

Bantuan disalurkan hanya fokus ketitik pengungsian yang telah ditetapkan pemerintah setempat, sedangkan banyak titik pengungsian yang didirikan secara mandiri oleh warga untuk mengantisipasi bencana susulan.

"Kami memerintahkan seluruh personel mendata secara akurat korban maupun rumah warga yang roboh dan kerusakan lainnya sehingga apa yang ada bisa menjadi titik fokus kegiatan kita dilapangan," tuturnya.

Baca juga: Aksi Heroik TNI di Gempa Mamuju, Pasang Badan Lindungi Istri & Anak dari Reruntuhan, Ada yang Tewas

Reaksi Risma soal video penjarahan

Baru-baru ini warganet dihebohkan dengan beredarnya tiga video yang memperlihatkan aksi penjarahan, Sabtu (16/1/2021).

Diduga, pelaku adalah pengungsi korban gempa bumi di Sulawesi Barat. Mereka mencegat mobil pembawa bantuan logistik di Jalan Majene-Mamuju. 

Terkait dengan video tersebut, Menteri Sosial Tri Rismaharini pun angkat bicara.

Risma, seperti diberitakan kompas.com, meminta sejumlah video yang tersebar dan viral itu jangan sampai dianggap sebagai bentuk aksi penjarahan.

Baca juga: Selamatkan Bayi di Incubator Rumah Sakit, Suster Mia Meninggal saat Gempa Susulan Guncang Majene

Sebab, kata Risma, kondisi di sana tidak ada toko yang buka.

"Sekali lagi itu bukan penjarahan, jangan dianggap penjarahan. Mereka kelaparan," kata Risma, sapaan akrabnya, di Surabaya, Sabtu.

Mensos Tri Rismaharini merasakan adanya gempa susulan saat meninjau fasilitas bandara guna memastikan angkutan logistik bantuan tidak terganggu, Sabtu (16/1/2021). (Istimewa)

Risma mengaku, untuk bantuan logistik dari pemerintah sedikit terlambat dikarenakan jalur utama menuju lokasi bencana terputus akibat tertutup material longsor.

"Jadi yang seharusnya 9 jam harus nambah 6 jam lagi karena harus memutar. Semoga hari ini material longsor di jalur itu bisa dibersihkan," jelasnya.

Agar tak terulang kembali, kata Risma, pihaknya akan memanfaatkan banyak balai untuk dijadikan semacam gudang.

"Kita punya 41 balai nanti juga ditambah diklatnya kita ada 6 kalau tidak salah, akan kita jadikan semacam gudang kita. Jadi sekarang kan ada di Balai tertentu. Sehingga kesulitan mobilisasi saat ada masalah transportasi," ujarnya dikutip dari TribunJatim.com.

Sebelumnya, tiga potongan video yang memperlihatkan warga diduga pengungsi korban gempa di Sulawesi Barat mencegat mobil bantuan logistik viral di media sosial.

Pada video pertama yang berdurasi 30 detik tampak terlihat warga mengelilingi pengendara mobil yang berseragam orange.

Pria itu hendak dikeroyok oleh beberapa orang di jalan bahkan salah satu warga membawa senjata tajam.

Di video kedua, sebuah truk berwarna hijau yang membawa bantuan logistik berhenti di tengah jalan.

Truk tersebut dikerumuni warga, mereka mengambil satu persatu mi instant sereta beberapa bantuan lain yang ada di mobil.

Sementara, di video ketiga yang berdurasi 21 detik, tampak terlihat mobil singgah dan warga saling berdesakan untuk mengambil barang-barang yang ada di mobil tersebut.

Dalam video yang beredar di Instagram, tertulis pesan agar berhati-hati mambawa bantuan logistik melalui jalur darat, karena maraknya aksi perampasan tersebut

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Miris! Bantuan Belum Merata, Puluhan Pengungsi di Maliaya Majene Terpaksa Tinggal di Kandang Ayam

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini