Muatan sesak sebenarnya sudah lazim terjadi dalam kapal bertipe Feri Roll On-Roll Off (roro) dengan panjang 32,45 meter, lebar 7,82 meter, dan tinggi 2,54 meter itu.
Yang menjadi pembeda hari itu, kebanyakan penumpang adalah warga Sabang.
Mereka pulang kampung, untuk menyambut hari meugang dan puasa pertama yang jatuh pada 22 Januari 1996.
Menurut rencana, kapal itu seharusnya tiba di Pelabuhan Balohan, pukul 21.00 WIB.
Namun belakang diketahui, kapal yang kelebihan muatan itu tenggelam antara 5-6 mil laut dari Perairan Teluk Balohan, Sabang.
Berdasarkan data yang dihimpun, dari total 378 penumpang, 40 orang dinyatakan selamat, 54 orang ditemukan meninggal, dan 284 orang dinyatakan hilang bersama-sama dengan KMP Gurita.
Hingga kini, bangkai kapal tersebut tidak berhasil diangkat dari dasar laut.
Pada hari ini, Selasa (19/1/2021), dinding media sosial seperti facebook banyak yang menulis status mengenang tragedi tenggelamnya KMP Gurita.
Bersama untaian doa yang dikirim masyarakat Aceh, untuk para korban tenggelam.
Ya, hari ini 25 tahun lalu KMP Gurita itu tenggelam, tapi tidak dengan kisahnya.
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Mengenang 25 Tahun Tragedi Karamnya Kapal Gurita