"Tercatat di seismograf dengan amplitudo 55 mm dan durasi 317.8 detik. Tinggi kolom tak teramati karena berkabut," ujarnya.
Pascaerupsi Gunung Merapi, sejumlah lokasi melaporkan adanya fenomena hujan abu dengan berintensitas tipis.
Yakni pada beberapa desa di Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Boyolali dan Kota Boyolali.
Hanik melanjutkan, aktivitas seismik Gunung Merapi tergolong intens sejak pagi hari.
Sepanjang periode pemantauan pukul 00.00 hingga 14.00 WIB, gunung yang berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta tersebut meluncurkan 36 kali guguran awan panas.
Gumpalan awan panas meluncur antara 500 meter hingga 3.000 km ke arah barat daya atau ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong dengan amplitudo antara 15-60 mm.
Jarak luncur material vulkanik masih berada di dalam radius bahaya.
Yakni 5 km dari puncak Gunung Merapi pada alur Kali Boyong, Bedong, Bebeng, Krasak, dan Putih.
Hanik menjelaskan, potensi bahaya Gunung Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan dan barat daya.
"Kendati demikian, erupsi eksplosif masih berpeluang terjadi dengan jarak bahaya 3 km dari puncak," jelasnya.
Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di daerah yang direkomendasikan tersebut.
Baca juga: Gunung Merapi Meletus Besar, PVMBG Beri Imbauan, Rilis Daftar Wilayah Berpotensi Bahaya
Baca juga: Erupsi Gunung Merapi: BPBD Perintahkan Warga di Sekitar Kali Boyong untuk Turun dan Mengungsi
Baca juga: Update Kondisi Terkini Gunung Merapi: Luncurkan 36 Kali Guguran Awan Panas dalam Waktu 14 Jam
Masih Siaga (Level III)
Sampai saat ini, Merapi mengalami letusan besar pada Rabu (27/1/2021), BPPTKG masih menetapkan aktivitas Gunung Merapi pada Siaga (Level III).
Melalui akun Twitter resminya, @BPPTKG Yogyakarta meminta masyarakat tidak melakukan kegiatan di daerah potensi bahaya.
Selain itu, mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
"Hujan abu dapat terjadi sebagai akibat dari kejadian awan panas guguran."
"Untuk itu masyarakat diharapkan utk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik seperti dgn menggunakan masker, kacamata, dan menutup sumber air," ungkap Hanik terkait kejadian hujan abu yang terjadi.
(Tribunnews.com/Ranum Kumala Dewi) (Tribunjogja.com/Rendika Ferri K/Yuwantoro Winduajie)