TRIBUNNEWS.COM - Susan Antela, guru di Cisolok yang lumpuh setelah divaksin kini sudah mulai bisa bicara meskipun terbata-bata.
Susan adalah guru yang mengajar di SMAN 1 Cisolok.
Guru yang mengajar mata pelajaran Seni Budaya itu berusia 31 tahun.
Susan merupakan warga Kampung Pasir Talaga RT 03/06, Desa Cicadas, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Adik Susan Antela, Yayu (26) berharap berharap kakaknya sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasa.
"Harapannya Teteh sembuh kembali normal dan lakukan aktivitas seperti biasa. Bicara udah mulai, ngelihat dan berjalan belum," ucapnya.
Baca juga: Guru di Sukabumi Lumpuh Setelah Divaksin, Kronologi Hingga Tanggapan Dinas Kesehatan
Baca juga: Gempa Magnitudo 5,6 Guncang Sukabumi Jawa Barat, Dirasakan hingga Bogor
Menurutnya kakaknya itu kerap mengabadikan setiap momen kegiatannya melalui video.
Guru yang kini tidak bebas bergerak karena lumpuh itu pribadi yang semangat.
"Teteh itu orangnya baik, semangat, ceria. Teteh itu paling seneng kalau apa-apa itu di-video-in, dia itu ceria. Kalaupun punya masalah enggak dipikirin," katanya saat ditemui TribunJabar.id, Kamis (29/4/2021).
Menurut Yayu, Susan Antela sudah mengajar selama sekitar tujuh tahun di SMAN 1 Cisolok sebagai guru Seni Budaya.
Susan Antela sempat menikah namun bercerai tanpa memiliki anak.
Kronologi Lumpuh Setelah Divaksin
Seorang guru, Susan Antela lumpuh setelah divaksin Covid-19 tahap kedua.
Penyebab Susan Antela lumpuh belum diketahui apakah karena vaksin atau faktor lainnya.
Susan Antela adalah guru asal Kampung Pasir Talaga RT 03/06, Desa Cicadas, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Adik Susan Antela, Yayu (26) menceritakan detik-detik kakaknya lumpuh.
Yayu mengatakan kakaknya merasakan pusing, mual, dan lemas setelah 10 menit disuntik.
Saat Susan Antela disuntik, kata Yayu, keluar darah cukup banyak.
Tidak hanya itu, Susan Antela juga merasa sesak.
"Nah, pada saat disuntik itu sebenarnya keluar darah, darahnya banyak. Teteh sampai bilang darahnya mancer (nyembur) katanya kayak gitu, terus disuruh duduk. Disuruh duduk bukannya membaik malah merasa sesak," ujar Yayu saat ditemui Tribunjabar.id di rumahnya, Kamis (29/4/2021).
Dijelaskan Yayu, Susan Antela sempat diminta berbaring oleh tim medis setelah merasakan mual dan pusing.
Kondisi Susan Antela tidak membaik setelah berbaring.
Penglihatan kakaknya menjadi buram.
Selain itu, tangan dan kaki Susan Antela menjadi kaku.
Belakangan diketahui, kakak Yayu itu juga tidak bisa berbicara.
Terjadi Sebulan Lalu
Paman Susan Antela, Opi S (43) mengatakan, peristiwa itu sudah terjadi sejak sebulan yang lalu.
Saat itu, Susan disuntik bersama ratusan guru di sebuah SMK di Cisolok. Penyuntikan dilakukan oleh pihak Puskesmas Cisolok.
"Setelah divaksin yang kedua, susan dilarikan ke Rumah Sakit Palabuhanratu, dikarenakan badannya sudah kaku, gak bisa ngomong,
gak bisa lihat, setelah dilarikan ke rumah sakit Palabuhanratu di situ dokter tidak bisa menangani, dirujuk ke RSHS Bandung. Jelas dokter waktu itu ngobrol sama saya sebabkan karena vaksin," ujarnya, Kamis (29/4/2021).
Pantauan di lapangan, pihak Puskesmas mewakili Dinas Kesehatan sedang mengunjungi rumah Susan untuk melihat kondisinya.
Penjelasan Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Heri Suherman, angkat bicara tentang guru SMAN 1 Cisolok yang lumpuh setelah divaksin.
Selain mengalami kelumpuhan, guru bernama Susan Antela itu juga tidak bisa melihat dan bicara.
Heri mengatakan, hari ini pihaknya menyambangi rumah Susan di Kampung Pasir Talaga RT 03/RW 06, Desa Cicadas, Kecamatan Cisolok, mewakili Dinas Kesehatan.
"Saya dari puskesmas salah satunya, tapi mengatasnamakan Dinas Kesehatan. Informasi sudah nyampai ke beliau, termasuk Pak Kabid, Pak Haji Andi, insyaallah akan menyusul," ujarnya di rumah Susan, Kamis (29/4/2021).
"Kami dari puskesmas akan mengikuti sesuai aturan yang berlaku, terutama menyangkut rujukan akan mempermudah, sesuai aturan tidak akan mempersulit."
"Untuk itu, sesuai harapan yang kita inginkan terutama sehat lagi, hanya mungkin tahap demi tahap kita mengikuti sesuai aturan KIPPI termasuk yang di RS Palabuhanratu."
"Saya angkat jempol sekali mengenai ini tidak melalui Rumah Sakit Sekarwangi, Bunut, tapi langsung ke Hasan Sadikin."
"Sangat pas ternyata bahwa penyakit ini barusan saya tanyakan aneh juga menurut beliau se-Indonesia ada tiga, salah satunya ini di Cisolok, Jogja ada juga, di DKI juga," katanya.
Ia menyebut, saat vaksinasi tahap kedua sebulan yang lalu, ada 600 orang pelayan pubik yang divaksin.
"Kurang lebih 600 orang, yang berhubungan dengan publik, pegawai negeri segala macam yang berhubungan dengan publik, jadi angkatan pertama dan ini kedua yang dilaksanakan dari tim wilayah IV mulai dari Puskesmas Bantargadung, Warugkiara, Palabuhanratu, sampai ke sini Cisolok, ada 7 puskesmas itu yang melaksanakan," jelasnya.
Peneliti Unpad Lakukan Audit
Guru Besar Fakultas Kedokteran Unpad yang juga Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Unpad, Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, belum dapat memastikan penyebab kebutaan seorang guru di Cisolok, Sukabumi.
Menurut Kusnandi, pihaknya harus melakukan audit lebih dulu sebelum memastikan apakah kebutaan yang dialami seorang guru di Sukabumi itu akibat vaksin atau bukan.
"Saya sudah tahu kasusnya, tapi belum melakukan audit, apakah akibat vaksin atau bukan," ujar Kusnandi, saat dihubungi, Kamis (29/4/2021).
Rencananya, kata Kusnandi, ia akan mulai melakukan audit pada Jumat, 30 April 2021, untuk mengetahui penyebab kebutaan yang menimpa guru di Sukabumi.
"Jadi mungkin Senin kita sudah bisa tahu (penyebabnya). Saya belum bisa bicara dulu sebelum saya audit. Nanti, kan, salah."
"Saya tidak mau asal ngomong," katanya.
Dalam proses audit itu, kata Kusnandi, pihaknya bakal melakukan pengecekan secara komprehensif, mulai dari pemeriksaan hasil laborarium hingga mewawancarai perawatnya.
"Sekarang, kan, pasiennya juga sudah pulang, jadi nanti saya cek dulu semuanya," ucapnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Sosok Susan Antela, Guru yang Lumpuh Setelah Divaksin, Sudah Bisa Bicara Meski Terbata-bata,
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi