Bahkan, akibat viralnya kejadian itu, dirinya menerima laporan ada puluhan warganya yang disuruh pulang oleh perusahaan tempatnya bekerja, karena ber-KTP Ngaglik.
Padahal yang bersangkutan dinyatakan negatif Covid-19.
"Ada puluhan warga yang dipulangkan.
Kebanyakan karyawan perusahaan. Ada juga pedagang pasar.
Kemarin datang sampai nangis - nangis. Sudah bawa dagangan ke pasar dan sampai sana (pasar) disuruh pulang. Ndak boleh jualan. Padahal dia sudah swab negatif," tuturnya.
Klaster di padukuhan Ngaglik mulai terdeteksi pada tanggal 9 Mei 2021.
Awalnya, hanya satu orang yang terpapar kemudian menyebar dan meluas.
Sepekan sebelum lebaran, hanya ada 4 warga yang diketahui terkonfirmasi positif.
Namun setelah dilakukan tracing dan testing massal setelah lebaran, jumlahnya berkembang menjadi 52 orang.
Dua di antaranya meninggal dunia.
Saat ini, 38 pasien tanpa gejala menjalani isolasi di Asrama Haji, 3 orang dirawat di rumah sakit, dan sisanya isolasi mandiri.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sleman, Eko Suhargono menyampaikan adanya rencana pendirian dapur umum dari Pemerintah Kabupaten bukan berarti aktivitas warga dibatasi total.
Warga yang negatif masih bisa beraktivitas.
Namun dianjurkan agar tidak melakukan kontak langsung kecuali urgent atau penting.