TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para guru Sekolah Dasar (SD) Gumawangkidul, Wonosobo, Jawa Tengah, mendukung penuh langkah Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menggelar kembali pembelajaran tatap muka (PTM).
Dukungan diberikan lantaran para peserta didik dan orang tua (wali murid), juga menginginkan PTM segera dilakukan di SD Gumawangkidul.
"Kami menyambut positif keinginan Menteri Pendidikan. Dan memang pembelajaran tatap muka ini sudah menjadi keinginan mayoritas wali murid dan siswa di sekolah kami," ujar Herawan Pambudiarso, guru SD Gumawangkidul kepada Tribunnews.com, Senin (7/6/2021).
Herawan menceritakan, para wali murid telah lama mempertanyakan kapan PTM bisa dilakukan.
Selama masa pembelajaran jarak jauh (PJJ), guru-guru di SD Gumawangkidul mengalami berbagai kendala serius dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Baca juga: Guru di Jakarta Sambut Pembelajaran Tatap Muka yang Diinisiasi Nadiem Makarim
Diantaranya sulitnya sinyal internet, lalu juga keterbatasan sumber daya manusia (SDM) dan fasilitas dalam menyelenggarakan PJJ.
"Kita tidak bisa menyamakan sekolah yang ada di desa dan di kota. Mungkin kalau yang ada di kota, itu dengan fasilitas yang memadai tersedia, dan dengan internet dan SDM yang memadai, jadi mungkin pembelajaran jarak jauh bisa berlangsung dengan baik," tutur Herawan.
"Namun kendala-kendala bagi sekolah yang ada di desa, seperti di SD kami, itu yang paling utama masalah sinyal internet," sambung dia.
Alhasil, PJJ yang biasanya menggunakan aplikasi Zoom Meeting berlangsung tidak lancar.
Kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan SD Gumawangkidul, selama PJJ, jadi tidak efektif dan efisien.
"Sehingga kendalanya kalau pakai Zoom meeting untuk pembelajaran, jadinya tidak efektif," ujar Herawan.
Herawan menceritakan, kreatifitas para guru SD Gumawangkidul menjadi kunci penting selama masa PJJ.
Untuk mensiasati kendala yang disebabkan jaringan internet tidak baik, para guru akhirnya mengadakan program kunjungan ke rumah-rumah siswa.
Para siswa selama ini diminta membentuk kelompok kecil yang terdiri dari tiga sampai lima orang.
"Itu kita kunjungi dan kita berikan pembelajaran, penjelasan, mengenai materi-materi," ujar Herawan.
Namun demikian, program kunjungan ke rumah-rumah siswa itu masih kurang efektif dan efisien.
Itu dikarenakan fasilitas yang tersedia di rumah para siswa masih sangat minim untuk mendukung kegiatan belajar mengajar.
"Tapi kunjungan itu kurang maksimal karena terkendala waktu dan sarana prasarana yang minim, tidak seperti di sekolah," jelas Herawan.
"Kalau di sekolah ada alat peraga, ada fasilitas-fasilitas yang bisa untuk membantu kegiatan belajar mengajar," sambung dia.
Sebenarnya masih banyak kendala lain yang dihadapi para guru SD Gumawangkidul selama penyelenggaraan PJJ.
Seperti masalah komunikasi dengan para siswa serta tugas-tugas sekolah yang tidak maksimal dikerjakan.
Herawan menyebut, bahkan ada siswanya yang tugas sekolahnya dikerjakan oleh orang tuanya.
"Kendala-kendala lain mungkin seperti tugas. Kadang ada beberapa siswa yang tidak mengumpulkan tugas, atau ada beberapa siswa yang tugasnya dikerjakan oleh orang tua," tutur Herawan.
Berbagai kendala yang dialami membuat kegiatan belajar mengajar yang dilakukan jadi tidak efektif dan efisien.
Atas dasar itu, para guru SD Gumawangkidul mendukung penuh keinginan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menggelar kembali pembelajaran tatap muka.
"Sebagai seorang guru kami sangat menyambut positif keinginan Menteri Nadiem menggelar kembali pembelajaran tatap muka. Ini adalah hal yang ditunggu-tunggu oleh guru, siswa, dan orang tua atau wali murid," pungkas Herawan.