Mereka mengalami sepi orderan akibat banyak warga memilih mengencangkan ikat pinggangnya.
“Penjualan turun drastis bahkan lebih dari 50 persen, biasanya orang kulakan barang sekarang sepi, wisatawan pun sepi, kondisi ini memang membuat kompleks,” katanya kepada Tribunnews, Jumat (25/6/2021).
Ia mengaku walaupun dihantam pagebluk corona pedagang Pasar Klewer memang berusaha tak lesu dan tak limpung.
Penjualan offline dan online kini dijalankan bersamaan.
Beberapa pembeli eceran dari luar kota pun kata Nila, lumaya memberikan kelegaan.
“Kondisi ini memang kompleks, harapannya pandemi segera berlalu, sehingga industri kreatif kembali eksis,” lanjutnya.
Koperasi Batik Batari
Demi memperpanjang napas usaha di masa pandemi ini, para pelaku usaha batik ini kemudian memanfaatkan banyak peluang yang ada.
Termasuk yang dilakukan oleh Koperasi Batik Batik Timur Asli Republik Indonesia (Batari).
Seperti diketahui saat ini total anggota 210 orang, sedangkan yang masih aktif bergerak di industri batik dan tekstil dan produk tekstil (TPT]) kurang dari 5 persen.
Ketua Koperasi Batik Batari Solichul Hadi Achmad Bakri, mengatakan Covid-19 adalah krisis kesehatan dan ekonomi terbesar dalam sejarah modern.
Baginya krisis yang mengikuti juga menyoroti ketidaksiapan pemerintah dan pemilik bisnis dalam menghadapi krisis dengan skala sebesar ini.
“Besaran pasti dari dampak tersebut masih belum diketahui meskipun akademisi dan para ahli telah mengisyaratkan bahwa dampak dari krisis ini akan berlangsung lama tanpa ada yang bisa memprediksi kapan, bagaimana, dan apakah kita bisa keluar dari krisis ini atau apakah kita harus berdamai dengan fakta bahwa Covid-19 akan tetap ada,” katanya kepada Tribunnews, Jumat (25/6/2021).
Baca juga: Apkasi Salurkan Seribu APD ke 10 Kabupaten Terdampak Covid-19
Jika demikian, itu juga berarti masih ada langkah-langkah yang akan mengubah cara orang berinteraksi satu sama lain, sehingga perubahan dalam cara bisnis dijalankan.
Pihaknya mengatakan yang dilakukannya sekarang ini adalah diversifikasi usaha meski nomenklatur aslinya adalah koperasi batik.
Solichul menyebut banyak usaha-usaha yang pernah ditempuh Koperasi Batik Batari sehingga membuat bertahan.
Termasuk bisnis utama Koperasi Batik Batari saat ini adalah bisnis event venue beserta persewaan peralatan event.
Kabar baiknya saat ini Koperasi Batari telah memulai kembali bisnis venue acara dengan protokol kesehatan yang ketat.
Diketahui pada bulan Maret dan April 2019, Batari mencatatkan pendapatan masing-masing sebesar Rp 110 Juta dan Rp 95 Juta dari bisnis event terkait dengan biaya operasional rata-rata sebesar Rp 37 Juta per bulan.
Bulan Maret dan April tahun 2020 lalu tidak ada pendapatan dari bisnis ini sementara biaya operasional tetap di level tahun lalu.
“Namun memang dalam arti 'kenormalan baru' tanpa harus berhenti beroperasi sama sekali, dalam artian memberi waktu bagi para pelaku bisnis untuk tangguh beradaptasi dan berinovasi dengan situasi saat ini,” lanjutnya.
Pihaknya melanjutkan ketahanan dan inovasi ini, jika dipasangkan dengan jaringan bisnis semi mandiri yang dapat bertindak sebagai jaring pengaman ekonomi satu sama lain dengan cara menyediakan pasokan dan permintaan.
Juga akses cepat ke arus kas (dalam bentuk pinjaman), dan dengan waktu yang dipersenjatai dengan kemampuan untuk bertindak sebagai kekuatan kolektif akan memastikan umur panjang setiap pihak dalam jaringan.
Umur panjang ini mengacu pada kemampuan untuk bertahan hidup bahkan di saat krisis ekonomi besar seperti saat ini.
“Jejaring ini adalah contoh dari operasi terkait komunitas lokal yang meskipun masing-masing unit memiliki agenda dan kepentingan sendiri, secara kolektif unit-unit ini dapat bertindak sebagai unit yang lebih besar untuk daya tawar yang lebih kuat dan sumber daya bersama yang lebih besar, terutama di masa krisis seperti saat ini,” tutupnya.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)