Diketahui, Kabupaten Puncak merupakan daerah dengan perekonomian termahal di Indonesia.
Baca juga: Berhasil Batasi Aktivitas KKB Papua, Ketua PBNU Apresiasi Pemerintah
Baca juga: Pengakuan Mantan Anggota KKB Papua: Capek, Susah Cari Makan, hingga Tak Pernah Bisa ke Kota
Atas dampak yang ditimbulkan oleh KKB Papua, Wandik berharap agar wilayahnya bisa menghadapi masalah saat ini.
Ia meminta dukungan dan doa pada semua pihak agar kondisi di Puncak menjadi aman.
"Kita bisa keluar dari ketertinggalan, keterisolasian, kemahalan, jika kondisi di Puncak aman dan kondusif."
"Ini yang saya minta untuk semua yang berkepentingan di Puncak," tandasnya.
Sejak 2019 hingga saat ini, kondisi di Puncak tidak kondusif karena KKB Papua.
Warga Sipil Ditembak Mati KKB Papua di Puncak
Pada Juni 2021 lalu, seorang warga sipil bernama Habel Halenti (30) ditembak KKB Papua di Kampung Eromaga, Distrik Omukia, Puncak, Papua, pada Kamis (3/6/2021).
Mengutip Kompas.com, penembakan itu terjadi pada pukul 13.00 WIT saat korban bersama rekannya, Muh Alif (17) dan Abdul Haras'z (52), berangkat dari kamp karyawan di kompleks pancuran Kampung Kibologome, Distrik Ilaga, menuju Kampung Eronggobak, Distrik Omukia.
Saat akan kembali, Habel dan Muh Alif ditodong senjata api laras pendek dan panjang oleh dua anggota KKB Papua.
Meski korban sempat berteriak minta ampun, ia langsung ditembak oleh satu di antara anggota KKB tersebut.
Baca juga: Januari-Juni 2021, 22 Orang Meninggal akibat Ulah KKB Papua, 9 di Antaranya Anggota TNI dan Polri
Baca juga: Kronologi KKB yang Dipimpin Tendius Gwijangge Bunuh dan Sandera Pekerja di Yahukimo Papua
"Korban sempat berteriak 'ampun Komandan'."
"Namun langsung ditembak oleh salah satu KKB yang menodongkan senpi tersebut sebanyak satu kali," terang Kapolres Puncak, Kompol I Nyoman Punia, Kamis sore.
Saat tim gabungan TNI-Polri tiba di lokasi untuk mengevakuasi jenazah korban, mereka terlibat baku tembak dengan anggota KKB Papua selama 15 menit.