"Klien saat mengatakan ketergantungan itu adalah stigma karena pasien diberikan obat sesuai. Untuk mencapai kategori sembuh harus melewati fase stabilisasi obat dulu sehingga keluhan berkurang dan bahkan tidak dirasakan lagi. Ini tercapai dengan kontrol pengobatan yang teratur," ujar Zulfitriani.
Pasien juga mengaku jika obat yang dikonsumsinya merupakan obat keras.
Baca juga: Besok Kota Bandung Terapkan Ganjil-genap
Menurutnya, obat dikategorikan keras atau tidak merupakan asumsi masyarakat.
Dalam kasus ini, obat yang diberikan memang fungsi dan kerja obatnya di susunan syaraf.
"Satu lagi obat golongan psikotropika yang diberikan oleh ahlinya (psikiater) adalah dosis yang terukur dan terpantau sehingga terhindar dari ketergantungan. Adapun jika memang harus diberikan itu karena kebutuhan pasien," katanya.
5. Hasil CT Scan kepala normal
Fani Fadilah (20), anak kedua Cucu mengatakan, jika ibunya itu sudah melakukan CT Scan untuk melihat apa yang terjadi pada bagian kepalanya di Rumah Sakit Santosa, Kota Bandung.
"Kemarin baru keluar hasil CT Scan, alhamdulillah kata dokter kondisinya normal, tidak ada apa-apa," ujarnya saat dihubungi, Jumat (3/9/2021).
Kendati demikian, kata Fani, ibunya bakal kembali menjalani CT Scan lagi untuk melihat gangguan yang terdapat pada bagian leher karena ada keluhan lain di bagian tersebut.
"Jadi di bagian leher katanya ada yang ngeganjel gitu. Sudah diagendakan untuk CT Scan ulang, cuma belum tahu tanggal berapa jadwalnya," kata Fani.
5. Kata psikolog
Psikolog sekaligus Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung (Unisba), Stephani Raihana Hamdan, S.Psi, M.Psi, menilai ada banyak faktor yang menyebabkan Cucu (45) tidak bisa tidur selama 7 tahun.
Menurut Stephani, biasanya faktor yang menyebabkan seseorang tidak bisa tidur itu banyak didasari faktor psikologis seperti adanya kecemasan, dan masalah emosi hingga akhirnya dia tidak bisa tidur nyenyak, maupun tidak bisa tidur sama sekali.
"Jadi memang ada faktor psikologis, tapi harus dicek secara medis dulu karena bisa jadi ada faktor biologis. Kalau mau pasti, harus ada pemeriksaan yang lengkap oleh ahli bahwa gangguan tidurnya seperti apa karena normalnya manusia harus tidur," ujarnya saat dihubungi Tribun Jabar, Kamis (2/9/2021).
Stephani mengatakan, jika seseorang tidak bisa tidur sama sekali layaknya orang lain, maka dampaknya akan ada masalah biologis, kemudian kondisi gangguan psikologisnya akan semakin berat.
"Misalnya orang itu stres kemudian tidak bisa tidur, jadi ada proses yang tidak berjalan karena tidur itu kalau secara alamiahnya bagian dari merelaksasi badan untuk memulihkan kembali tenaga agar bisa menyelesaikan masalahnya," kata Stephani.
Baca juga: Rampok Toko Sambil Todongkan Pistol, Kawanan Garong di Bandung Ini Tak Mau Bayar Saat Isi Bensin
Sementara terkait rasa gelisah yang dialami Cucu saat akan tidur, Stephani mengatakan, kondisi tersebut memang harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
"Kalau bahasanya gelisah, harus diketahui dulu intensitas gelisah itu kaya apa dan sebagainya. Terus dari aspek pemikiran, emosi, dan perilakunya bagaimana, memang harus ada pemeriksaan lebih lanjut," ucapnya.
Namun biasanya, kata Stephani, kegelisahan tersebut akibat dari adanya faktor kecemasan yang bisa memicu orang itu mengalami gangguan tidur.
"Jadi solusi yang terbaik melakukan pemeriksaan ke ahli, solusi yang paling amannya seperti itu karena mau bagaimanapun setahu saya, tidak tidur bisa membahayakan secara fisik maupun nantinya secara mental," ujar Stephani. (tribunjabar.id/ Hilman Kamaludin)
Sebagian dari artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Penjelasan Dokter, Cucu Warga KBB Tidak Bisa Tidur Selama 7 Tahun Sehingga Diberi Obat Psikotoprika