TRIBUNNEWS.COM, MOJOKERTO - Saat memproduksi Monosodium Glutamat (MSG), PT Ajinomoto Indonesia melakukan proses Bio Cycle, yakni bahan baku utama produksi MSG menggunakan tetes tebu yang melalui proses fermentasi, dari proses produksi tersebut dihasilkan produk samping yakni pupuk Ajinomoto Foliar Fertilizer atau Ajifol.
Ajifol sendiri memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro yang lengkap untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman mulai dari awal tanam hingga panen, serta dengan kandungan asam amino berkualitas tinggi di dalamnya, Ajifol mampu meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit, sehingga dapat mengurangi pemakaian pestisida dan lebih ramah terhadap lingkungan.
Sebagai salah satu cara efektif dan efisien terhadap penggunaan air, sumber daya manusia, dan penghematan biaya guna mendukung budidaya pertanian berkelanjutan, Departemen Agriculture Development (Agri Dev) PT Ajinomoto Indonesia yang beroperasi di Pabrik Mojokerto, Jawa Timur melakukan inovasi penyemprotan Ajifol menggunakan teknologi drone.
Yudho Koesbandryo, Factory Manager sekaligus Direktur PT Ajinomoto Indonesia mengatakan, hadirnya Ajifol ini sejalan dengan Ajinomoto Share Value (ASV) perusahaan yakni melakukan pengolahan produk samping (By Product) yang dalam prosesnya mengacu pada Eco Activity dan Bio Cycle, yang dapat diolah menjadi produk dengan nilai jual (Co Product).
"Memanfaatkan teknologi yang ada, kami pun mulai membantu beberapa komunitas petani padi, jagung, dan tebu yang berada di daerah Jawa Timur, yaitu Mojokerto, Madiun dan Malang dengan mengenalkan AJIFOL sebagai Co Product perusahaan yang dapat membantu menjaga pertumbuhan tanaman agar menghasilkan panen dengan kualitas terbaik serta menyediakan jasa aplikasi AJIFOL menggunakan drone,” katanya, Rabu (13/10/2021).
Baca juga: Pupuk Kaltim Kembangkan Potensi Budidaya Lalat Hitam
Pupuk Ajifol yang telah memiliki izin edar dari Kementerian Pertanian RI memiliki dua varian, yaitu Ajifol D untuk pertumbuhan vegetatif tanaman yakni akar, batang, daun dan Ajifol B untuk pertumbuhan generatif tanaman (bunga dan buah) yang dijual mulai Rp 70 ribu hingga Rp 80 ribu.
Yudho menyebut penggunaan teknologi drone akan memberikan dampak lingkungan yang positif serta dapat menghemat biaya sekaligus menyokong budidaya pertanian berkelanjutan di Indonesia
“Sebagai gambaran berdasarkan hasil uji coba yang telah kami lakukan di bulan September lalu, untuk tanaman padi, jagung dan tebu mendapatkan respon yang cukup baik dari para petani.
Pengaplikasian teknologi drone sangat efisien dan hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit per hektar dengan jumlah air berkisar 16 liter per hektar, sedangkan jika pengaplikasiannya secara manual, membutuhkan waktu sekitar setengah hari hingga 1 hari dengan jumlah air sekitar 200 liter per hektar," katanya.
Biaya pengaplikasian dengan menggunakan teknologi drone rencananya akan kami ajukan sekitar Rp. 100.000,- per hektar, sedangkan jika pengaplikasian manual berkisar Rp. 150.000,- per hektar.
"Untuk beberapa tanaman seperti jagung dan tebu, pengaplikasian manual akan sulit dilakukan saat tanaman sudah tinggi, sekitar 1,5 meter ke atas, sedangkan dengan menggunakan teknologi drone, kendala tersebut tentu dapat teratasi,” kata Yudho.