Go Digital dan Go Global
Berkat pelatihan dan pendampingan yang dilakukan Pertamina, Sriekandi Patra mampu bertahan bahkan melewati situasi sulit Pandemi Covid-19.
Koordinator Sriekandi patra, Siti Fatimah, mengungkap, Wawan dan ketiga temannya terus berkarya meski pandemi sempat menjadi penghalang.
Pandemi, diakuinya, membuat jumlah produksi batik menurun dan berimbas pada jumlah pendapatan.
Situasi tersebut membuat dirinya memutar otak dan senantiasa berinovasi.
“Kami pernah membuat masker batik, Alhamdulilah laku banyak di pasaran saat pandemi. Selain itu kami juga mulai bermain media sosial untuk memasarkan produk-produk kami. Jualan lewat Instagram, Shopee, dan lainnya itu laku syukur,” terang dia.
Langkah Siti Fatimah itu juga sejalan dengan Langkah Pertamina untuk Go Digital di mana Pertamina mengoptimalkan bisnis proses dengan teknologi terdepan.
Sementara itu, Lurah Tawangsari, Yayuk Tuti Supriyanti, mendukung sepenuhnya segala bentuk kegiatan Sriekandi Patra.
Bahkan bangunan di atas tanah kas desa pun diserahkan untuk bangunan WorkShop Sriekandi Patra, tempat para difablepreneur berproduksi.
“Kami berharap Sriekandi Patra ke depan bisa go internasional, produk batiknya bisa mendunia dijual di pasar luar negeri. Itu jangka panjangnya, pelan-pelan pasti bisa ekspor.”
“Saya bangga, karena difablepreneur Tawangsari menjadi kekayaan desa dan motivasi masyarakat desa,” ucap dia.
Harapan kepala desa itu juga sejalan dengan program Pertamina Go Global.
Yakni Pertamina perkuat langkah dan ekspansi bisnis mancanegara dari sisi Hulu sampai Hilir.
Unit Manager Communication, Relations & CSR Pemasaran Regional Jawa Bagian Tengah, Brasto Galih Nugroho menjelaskan bahwa program difableprenur ini pertama kali dilakukan di Tahun 2017 kepada seorang difabel bernama Yuni dengan pendampingan psikososial dan pemberian keterampilan.