TRIBUNNEWSCOM, PANGKALPINANG - Kenaikan harga telur ayam ras yang signifikan hingga Rp1.900 - Rp2.000 per butir sepekan terakhir di sejumlah daerah, termasuk Kota Pangkalpinang, berdampak pada bisnis pelaku usaha penjualan makanan.
Anggun (26), pemilik toko kue di kawasan Kelurahan Temberan, Kecamatan Bukitintan, Pangkalpinang, menyebut kenaikan harga telur kali ini sangat signifikan. Alhasil, usahanya yang sangat membutuhkan telur sebagai bahan baku cukup terdampak.
Ia mengaku mengalami pembengkakan biaya produksi hingga 50 persen. Biasanya dalam satu paket produksi kue, Anggun mampu menghabiskan biaya Rp100 ribu.
Namun sekarang menjadi Rp150 ribu. Hal itu untuk menjaga kualitas, akan tetapi dirinya tidak mengurangi penggunaan bahan telur.
“Enggak kita kurangi penggunaan bahan baku telur, nanti berpengaruh kepada rasa. Meski harga telur naik, kita tetap pakai ukuran yang sama,” ujar Anggun kepada Bangka Pos, Selasa (28/12).
Anggun mengaku membeli telur secara kiloan, antara Rp25 ribu hingga Rp28 ribu per kilogram. Padahal dalam sehari, dirinya mampu menghabiskan 20 hingga 30 kilogram telur.
Akibat kenaikan harga telur, penghasilannya kini turun, sekitar 25 persen. Meskipun tak banyak dia berharap pemerintah segera memberikan solusi agar bisa mengurangi bebannya.
“Kalau bisa harga telur diturunkan, kalau tetap seperti sekarang biaya produksi kue terus membengkak,” sebut dia.
Dampak naiknya harga telur ayam juga dirasakan Maman (35) penjual Bakso keliling di Pasar Induk Pangkalpinang. Akibat harga telur tembus Rp1.900 per butir dia terpaksa mengurangi produksi bakso.
Menurutnya, dengan naiknya harga telur dia terpaksa mengurangi pembelian telur yang biasanya dua kilogram menjadi satu kilogram. Ini dilakukan agar biaya yang dikeluarkannya tidak membengkak.
“Harga telur juga mahal belakangan ini. Dari pada rugi mending cari aman lah,” kata dia kepada Bangka Pos, Selasa (28/11).
Dalam satu hari menjual bakso, Maman biasanya mampu menghabiskan 50 butir bakso isi telur bulat. Namun kini dia membatasi penjualan bakso telur menjadi 20 butir saja.
“Ya, gantinya bakso isi daging. Kadang juga pembeli enggak mau kalau diganti. Mau bagaimana ini karena harga telur naik,” keluhnya.
Naiknya harga telur yang tidak biasa tersebut juga membuat emak-emak meradang. Mereka mengeluhkan kenaikan yang tidak wajar tersebut.