TRIBUNNEWS.COM, MAJALENGKA - SEJARAH Majalengka terukir lengkap dalam relief sepanjang 30-an meter di Taman Sejarah, di kawasan Bunderan Munjul, Kabupaten Majalengka.
Nyaris tak ada cerita besar yang terlewat.
Mulai dari Talaga Manggung hingga industri kolonial.
Selain relief-relief yang menceritakan sejarah Majalengka sejak abad 13, Taman sejarah juga dilengkapi sejumlah prasasti berupa informasi nama-nama bupati di Majalengka sejak 1819 hingga sekarang.
Ada juga totem enam tokoh asal Majalengka.
"Alhamdulillah, berkat semuanya Taman Sejarah ini terwujud," ujar Yulian Firmansyah (25), salah seorang sejarahwan yang terlibat dalam pembangunan Taman Sejarah ini saat ditemui Tribun Cirebon di taman tersebut, Senin (10/1).
Di Taman Sejarah yang kini selalu ramai, ujar Yulian, warga Majalengka tak hanya bisa bermain, atau sekadar berswafoto, tapi juga belajar tentang masa lalu daerahnya.
"Wisatawan luar yang berkunjung ke Majalengka dan ingin mengetahui tentang Majalengka bisa ke Taman Sejarah, jika ingin tahu sejarah Majalengka dan ke Taman Sejarah, nanti ada tim yang memandu," katanya.
Meski informasi di Taman Sejaran ini terbilang komplet, Yulian mengaku, Taman Sejarah saja tak cukup untuk membuat masyarakat benar-benar mengenal sejarahnya.
Taman Sejarah, ujar Yulian, adalah historiografi dalam medium tata ruang wilayah.
"Historiografi tentu harus dibuktikan dengan sumber atau data yang kuat. Maka dari itu langkah selanjutnya harus dibuat museum sebagai penguat narasi Taman Sejarah," ujarnya.
Baca juga: Persib Tak Sabar Ingin Permalukan Bali United, Bomber Ezra Walian Siap Gasak Pertahanan Lawan
Enam Fragmen
Nana Rohmana, Ketua Grup Majalengka Baheula (Grumala), yang juga terlibat dalam pembuatan Taman Sejarah, mengatakan relief setinggi empat meter sepanjang 30 meter di Taman Sejarah dibuat oleh dua pemahat asal Majalengka dan Jepara.
"Relief ini terbagi dalam enam fragmen," ujarnya.
Fragmen pertama, menceritakan tentang masa Kerajaan Talaga sebagai salah satu kerajaan besar yang tercatat dalam naskah tua Bujangga Manik.
"Di relief tersebut dikisahkan masa kekuasaan seorang Ratu Talaga Nyi Mas Simbar Kancana dan penggambaran kehidupan rakyatnya yang bercocok tanam. Juga terdapat peninggalannya seperti gong Renteng dan meriam cetbang," ujarnya.
Fragmen kedua berkisah tentang perjuangan Ki Bagus Rangin sebagai tokoh pahlawan dari Majalengka, sementara fragmen ketiga menceritakan tentang pembentukan Kabupaten Maja pada 5 Januari 1819 yang menjadi cikal bakal Kabupaten Majalengka saat ini.
Pada fragmen keempat, kisah beralih ke masa perpindahan Pemerintahan Kabupaten Maja ke Sindangkasih tahun 1840.
"Fragmen kelima berisi cerita pada Bupati Majalengka ke-2 yang dijabat oleh RAA Kertadiningrat. Saat itu terjadi peristiwa penting yaitu dibangunnya pendopo Majalengka yang dirancang oleh pelukis kelas dunia Raden Saleh dan sempat juga melukis bupati RAA Kertadiningrat," ujarnya.
Cerita tentang masa kolonial Belanda dikisahkan pada fragmen keenam, yakni masa pembangunan infrastruktur seperti pembangunan pabrik gula yang ada di Kadipaten dan Jatiwangi.
"Ada juga cerita tentang pesta panen tebu atau badirian, juga dermaga Sungai Cimanuk yang terkenal sekitar tahun 1860," katanya.
Pada relief juga terdapat gugunungan yang tingginya mencapai tujuh meter. Menurut Nana, gugunungan yang biasa dilihat pada dunia perwayangan ini memiliki makna tersendiri di Taman Sejarah Majalengka ini.
"Gugunungan itu artinya bahwa di situ sedang menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Majalengka pada masa lalu. Gugunungan juga menggambarkan bahwa orang yang berada di bawahnnya dilambangkan sebagai makhluk yang tak berdaya. Ada Zat yang mengatur kehidupan mereka di atas," ujarnya.
Dibangun sejak 2021 lalu, Taman Sejarah diresmika Bupati Majalengka, Karna Sobahi, Kamis (6/1). Sejak dibuka, taman ini selalu dipenuhi pengunjung.(Eki Yulianto)
Baca juga: Bobotoh Geulis Berharap Bruno dan da Silva Langsung Acak-acak Pertahanan Bali United