Pelaku sempat menanyakan kepada korban siapa pria itu.
Hal itulah menjadi alibi pelaku untuk menghabisi korban.
Rahardjo menyebut, ada dua motif pelaku membunuh korban Sweetha.
Pertama karena sakit hati atau cemburu karena tersangka dibandingkan dengan teman laki-laki lain dari korban.
Tersangka juga ketakutan karena didesak korban ingin bertemu dengan anak korban yang telah dibunuh.
Di dalam hotel itu, korban mencekik leher korban hingga lemas dan tidak bergerak.
Kemudian dijerat menggunakan kerudung hingga meninggal dunia.
Pelaku kemudian membungkus korban dengan sarung dan dimasukan ke dalam mobil tersangka.
Ketika itu tersangka menggunakan mobil miliknya berupa sedan Mitsubishi Lancer warna hijau lemon pelat K1322BD.
Baca juga: Identitas Mayat Wanita dalam Sarung di Bawah Jembatan Tol Semarang-Solo Terungkap, Ini Sosoknya
Korban ditaruh di jok belakang kemudian dibuang di bawah jembatan jalan Tol Semarang-Ungaran, KM 425 pada Senin, 7 Maret 2022.
Proses pembuangan korban Sweetha persis sama dengan pembuangan korban MFA.
"Pelaku memilih membuang di tempat yang sama karena merasa aman. Tempat pembuangan korban MFA dan Sweetha atau ibu dan anak itu hanya berjarak 50 meter," jelasnya.
Atas perbuatannya pelaku dijerat pasal berlapis meliputi pasal 338 KUHPidana ancaman hukuman penjara 15 tahun.
Pasal 80 junto 76c tentang perlindungan anak dengan ancaman 15 tahun.
"Iya, ini masuk pembunuhan berencana, semisal ada hubungan dekat antara pelaku dan korban nanti ada hukuman tambahan 1/3 dari ancaman," ujarnya.
Pelaku dan korban bertunangan
Berdasarkan keterangan keluarga, korban Sweetha Kusuma dan pelaku Dony Christiawan (DC) sudah bertunangan pada 2021 lalu.
"Sama DC (pelaku) itu tunangan. Tunangan lamaran itu, itu sama keluarga juga sudah dikenalkan," ujar Yuda Rahmanto, kakak sepupu korban saat dihubungi, Jumat (18/3/2021) dilansir dari kompas.com.
Saat itu tunangan dilaksanakan di Yogyakarta.
Meski belum pernah bertemu langsung, namun menurut informasi dari keluarganya tidak ada gelagat yang mencurigakan dari DC.
"Bagus e, kalau saya sendiri sama DC itu malah belum pernah ketemu. Kalau kata om-om saya itu ya bagus orangnya, enggak aneh-aneh, katanya," ungkapnya
Korban Sweetha Kusuma Gatra juga diketahui merupakan anggota Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Ranting Sleman Tengah.
Semasa hidupnya, korban dikenal sebagai pribadi yang ceria dan mudah bergaul.
"Jadi, memang benar-benar membuat kita agak syok ya," kata Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Ranting Sleman Tengah Dwi Rahmawati, Kamis (18/03/2022) malam.
Dwi menyampaikan, korban bergabung ke IBI Sleman Tengah sejak Oktober 2021.
Korban bekerja di Rumah Sakit Mitra Sehat, Gamping, Sleman.
Pada 24 Februari 2022 lalu menjadi pertemuan terakhir Dwi dengan korban.
Saat itu korban masuk dalam tim vaksinator dalam kegiatan vaksinasi massal.
"Saya pribadi itu terakhir bertemu itu tanggal 24 Februari kemarin itu pada saat mereka bertugas sebagai tim vaksinator puskesmas kami. Waktu itu memang sedang melakukan vaksin massal kemudian ada bantuan vaksinator dari tim IBI nah itu di situ itu," tutur dia.
Dwi mengungkapkan, korban merupakan pribadi yang ceria dan mudah bergaul.
"Memang sebenarnya itu orangnya humble, ceria, dia itu sebenarnya orangnya supel, jadi enggak tahu kalau ternyata ada masalah di balik itu kita juga enggak tahu," ujar dia.
Sepengetahuan Dwi, korban memiliki dua orang anak.
Korban merupakan single parents.
"Harapannya dari IBI sendiri kasus ini bisa diusut secara tuntas. Jadi, benar-benar secara tuntas pelakunya itu diberikan hukuman yang sesuai. Dibuka seterang mungkin dan sejelas mungkin," kata dia. (Tribunjateng.com/ iwan Arifianto/ kompas.com/ Wijaya Kusuma)
Sebagian dari artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Cinlok Saat Vaksinasi Berujung Maut, Dony Habisi Ibu dan Anak Bergiliran Lalu Akting Kehilangan