Laporan Wartawan Tribun Jogja Ahmad Syarifudin
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Cendekiawan Muslim Indonesia, Buya Syafii Maarif tutup usia pada Jumat (27/5/2022) siang.
Kepergian Buya Syafii embawa duka mendalam terutama bagi para tetangga di kediaman almarhum di Perumahan Nogotirto Elok II, Jalan Halmahera D 76, Gamping, Sleman.
Para tetangga merasa kehilangan sebab mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini dianggap sebagai guru dan panutan.
"(Sosok beliau) sulit digambarkan. Sulit dicari gantinya. Hatinya lebar. Dia tidak membedakan agama, menerima siapapun di rumahnya," kata Bambang Ramlan, warga diseputar rumah almarhum.
Baca juga: Buya Syafii Wafat, Sri Sultan HB X: Mendiang Berikan Teladan Sepanjang Hidupnya
Menurut dia, Buya Syafi'i merupakan sosok yang dermawan suka membantu warga yang sedang kesulitan.
"Kalau ke sini hari raya, di sini banyak orang tidak mampu datang ke sini," ucap dia.
Hal senada diungkapkan Totok, Ketua RT 07 RW 08, Nogotirto.
Sosok Buya Syafii Maarif di kampung Nogotirto dikenal sebagai ulama sekaligus guru.
Beliau aktif dalam setiap kegiatan keagamaan di masyarakat.
"Kalau ada yang kesusahan beliau membantu. Betul. Kami sangat kehilangan guru dan kehilangan panutan. Banyak sekali yang diberikan beliau terhadap lingkungan di sini," kata dia.
Diketahui, sebelum meninggal dunia Buya Ahmad Syafii Maarif sempat dirawat selama 13 hari di RS PKU Muhammadiyah Gamping karena sakit jantung.
Sakitnya sempat membaik, tetapi takdir berkata lain.
Ulama kelahiran 31 Mei 1935 itu meninggal dunia di ruang ICCU RS PKU Muhammadiyah Gamping pada pukul 10.15 WIB siang ini.
Jenazah disemayamkan di Masjid Gedhe Kauman dan selepas ashar dimakamkan di Pemakaman Husnul Khatimah di Kulon Progo. ( Tribunjogja.com )
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Buya Syafii Maarif Wafat, Tetangga : Kami Kehilangan Guru dan Panutan