TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J, polisi yang tewas dalam insiden baku tembak di rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo dikenal sebagai sosok berprestasi saat duduk di bangku SMA.
Sebelum menempuh pendidikan kepolisian, diketahui Brigadir Yosua mengenyam pendidikan di SMA 4 Muaro Jambi.
Bambang, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA 4 Muaro Jambi memiliki prestasi yang baik dari sisi akademik dan non akademik.
"Yosua itu termasuk salah satu siswa yang berprestasi, baik di akademis maupun non akademis," kata Bambang dilansir dari Tribunjambi.com, Sabtu (16/7/2022).
Dalam bidang akademis, menurut Bambang, Brigadir Yosua saat duduk di kelas 1 SMA, almarhum ditempatkan di kelas berisi siswa-siswa berprestasi.
Baca juga: Kuasa Hukum Beberkan Sejumlah Luka di Tubuh Brigadir J, Polisi yang Tewas di Rumah Irjen Ferdy Sambo
Alasannya, Brigadi Yosua saat itu memiliki nilai dan prestasi yang bagus dalam bidang akademik.
"Karena dia punya prestasi dan nilai yang bagus, makanya dia kita tempatkan di kelas ini," ucapnya.
Kemudian, saat kelas 2, Brigadir Yosua mengambil jurusan IPA.
Bambang menunjukan hasil nilai ujian Nasional Brigadir Yosua tahun 2011/2012.
Dalam lembar yang ditunjukan terlihat Yosua memiliki nilai rata-rata 7,7.
Nilai tersebut cukup tinggi untuk Ujian Nasional.
Baca juga: Rumah Kadiv Propam Ferdy Sambo Dijaga Polisi, Olah TKP Kembali Digelar
"Yosua itu salah satu siswa yang berprestasi, ini ditunjukan dengan nilai ujian nasionalnya, pada saat itu kan ujian nasional sangat sulit, tapi kalau kita lihat nilai Yosua ini sangat bagus, karena batas minimal adalah 5,5," jelasnya.
Selain akademis, di non akademis yang paling menonjol disebut Bambang ia mengikuti kegiatan Paskib (Pasukan Pengibar Bendera), yang terkenal sangat disipilin.
Kemudian di kegiatan lainnya dia juga mengikuti, termasuk sepakbola, bola voli, hampir semua diikuti.
Sementara itu, Andriani, Wali kelas Brigadir Yosua saat bersekolah di SMAN 4 Muaro Jambi, mengungkapkan bahwa bahwa almarhum merupakan murid andalan di sekolah.
Andriani sendiri menjadi wali kelas saat Yosua duduk di bangku kelas 2 SMA Jurusan IPA.
Baca juga: Satpam Kompleks Sebut Rumah Dinas Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo Kerap Sepi
Ia mengatakan semasa bersekolah Yosua memiliki kepribadian yang bagus, baik dengan teman ataupun guru.
"Kalau sama guru juga baik, tidak ada perilaku yang menyimpang, yang aneh-aneh itu gak ada, dalam belajar juga bisa mengikuti termasuk anak kebanggaan saya lah di kelas," ucapnya.
Yosua dikatakan idak pernah melakukan pelanggaran dan patuh dengan guru.
"Kebetulan anak andalan saya Yosua, sering saya mintain tolong, sama guru patuh, tidak neko neko," ucapnya.
Tak percaya lakukan pelecehan
Mendengar kabar meninggalnya Brigadir Yosua dan disebut melalukan pelecehan kepada istri Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, Andriani merasa tak percaya.
"Tidak percaya, saya aja heran pertama kali denger kabarnya, nggak percaya saya, karena saya kenal dekat dengan Yosua dulu," katanya.
Namun saat ini ia hanya bisa berdoa agar Yosua tenang disisi Tuhan, dan berharap yang terbaik untuk keluarga yang ditinggalkan.
Hal senada diungkapkan Bambang Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 4 Muaro Jambi.
Ia tak percaya jika Brigadir Yosua melakukan tindakan pelecehan seksual.
Baca juga: Kontras Soroti Pengusutan Kasus Baku Tembak di Rumah Irjen Ferdy Sambo: Harus Transparan
Pasalnya ketika duduk di bangku sekolah, Yosua memiliki perilaku yang sangat baik.
Untuk itu, Bambang mengungkapkan harapannya agar kasus kematiannya dapat diungkap kebenarannya.
"Mudah-mudahan itu bisa terungkaplah kebenarannya, saya juga jadi sedih," ungkap Bambang.
Dengan kesaksian yang diberikan ini, ia berharap juga semoga dapat membawa titik terang.
Komnas Ham temui keluarga Yosua
Dalam perkembangan kasus kematian Brigadir Yosua, terbaru Komnas HAM mendatangi rumah almarhum di Desa Suka Makmur, Unit 1, Sungai Bahar, Muaro Jambi, Sabtu (16/7/2022).
Rombongan Komnas HAM tiba di rumah duka sekira pukul 14.00 WIB.
Pantauan di lokasi, hingga pada pukul 18.50 WIB, rombongan Komnas HAM masih berada di lokasi dan meminta sejumlah keterangan pihak keluarga.
Tampak dua orang wanita, memegang kertas sembari melakukan tanya jawab ke sejumlah keluarga, dan membawa sejumlah kertas.
Kunjungan dipimpin langsung Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam.
Setelah bertemu keluarga Yosua, Choirul Anam memberi isyarat banyak fakta baru yang pihaknya dapatkan.
"Yang sudah beredar di publik (dengan yang kami dapatkan) sangat berbeda. Sangat membantu untuk menuju bagaimana terangnya peristiwa," kata Choirul Anam kepada Tribunjambi.
Namun, dia enggan untuk menjelaskan apa saja perbedaan tersebut untuk saat ini, dan akan diungkapkan pada saatnya nanti.
Baca juga: Suasana Terkini di Rumah Ferdy Sambo: Tak Ada Olah TKP dan Garis Polisi Hanya Terpasang di Dalam
Dia menyebut foto-foto yang didapatkan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dapatkan juga lebih banyak dibandingkan yang beredar di publik.
Tak cuma itu, Komnas HAM juga mendapatkan penjelasan detil dari setiap foto yang diberikan pihak keluarga.
Dalam melaksanakan tugas untuk mengungkap kebenaran atas peristiwa ini, Komnas HAM mendasarkan langkah-langkah sistematis.
Mereka berangkat dari fakta dan kebutuhan akan fakta tersebut.
Makanya untuk opsi autopsi ulang atau tidak, belum diputuskan saat ini.
"Kalau kebutuhannya harus ada autopsi lagi, kami akan minta. Komnas HAM pernah ya lakukan itu, seperti kejadian di Lubukpakam," ungkapnya.
Dia menjelaskan, Komnas HAM sudah bekerja sejak mendapatkan informasi peristiwa yang dirasa aneh ini.
"Sejak awal dapat informasi kami sudah bekerja di tim. Kami kumpulkan informasi, lalu analisa, dan barulah bersinggungan pihak luar," ungkapnya.
Pihak luar pertama yang mereka temui untuk mendapatkan keterangan adalah datang ke Jambi untuk menemui keluarga Yosua Hutabarat.
Sementara keluarga Irjen Pol Ferdy Sambo, penyidik kepolisian, dan pihak lainnya, belum ditemui.
"Kami belum masuk ke rumahnya sebagai TKP, belum juga berhubungan dengan forensi. Langkah pertama kami adalah mengambil keterangan dari keluarga," katanya.
Pada penyelidikan kasus, mereka memastikan harus ada akuntabilitas.
"Salah satunya adalah semua informasi harus bisa kami dapat. Ada mandat undang-undang (untuk Komnas HAM), memungkinkan untuk itu," ungkapnya.
Dia mengapresiasi keputusan Kapolri yang menghadirkan tim khusus untuk ungkap fakta sebenarnya dalam peristiwa ini.
"Kami memang memilih jalan sendiri, tapi kami tetap berkoordinasi," kata Choirul Anam.
Kronologis kejadian menurut polisi
Diketahui, insiden baku tembak terjadi di rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo, Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022) sekira pukul 17.00 WIB.
Menurut keterangan polisi peristiwa berawal saat Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J masuk ke kamar pribadi istri Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo.
Diduga Brigadir J melakukan pelecehan dan menodong istri Irjen Ferdy Sambo dengan menggunakan senjata.
"Setelah melakukan pelecehan, dia juga sempat menodongkan senjata ke kepala ibu Kadiv," kata Kapolres Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto, Selasa (12/7/2022).
Saat itu, kata Budhi, Istri Irjen Ferdy terbangun dan hendak berteriak meminta pertolongan.
Namun, Brigadir J membentak istri Irjen Ferdy Sambo dan menyuruhnya untuk diam.
"Saudara J membalas "diam kamu!" sambil mengeluarkan senjata yang ada di pinggang dan menodongkan ibu Kadiv," ungkapnya.
Baca juga: 3 Hal yang Terjadi usai Penembakan Brigadir J di Rumah Irjen Ferdy Sambo sebelum Kasus Diungkap
Saat itu, istri Ferdy Sambo berteriak.
Brigadir J pun panik karena mendengar suara langkah orang berjalan yang diketahui merupakan Bharada E.
"Kemudian ibu Kadiv teriak minta tolong dan di situlah saudara J panik apalagi mendengar ada suara langkah orang berlari yang mendekat ke arah suara permintaan tolong tersebut," katanya.
Baru separuh menuruni tangga, Bharada E melihat sosok Brigadir J keluar dari kamar.
Bharada E kemudian bertanya kepada Brigadir J terkait teriakan tersebut.
Bukannya menjawab, Brigadir J malah melepaskan tembakan ke arah Bharada E.
"Pada saat itu tembakan yang dikeluarkan atau dilakukan saudara J tidak mengenai saudara E, hanya mengenai tembok," kata Budhi.
Berbekal senjata, Bharada E membalas serangan Brigadir J.
Hingga akhirnya, lima tembakan yang dilepaskan bersarang di tubuh Yosua.
"Saudara RE juga dibekali senjata, dia kemudian mengeluarkan senjata yang ada di pinggangnya. Nah ini kemudian terjadi penembakan," katanya.
Singkat cerita, Brigadir J pun tewas diterjang peluru yang dilesatkan Bharada E.
"Dari hasil autopsi disampaikan bahwa ada tujuh luka tembak masuk dan enam luka tembak keluar (tembus) dan satu proyektil bersarang di dada," kata Budhi.
(Tribunnews.com/ Tribunjambi.com/ Danang Noprianto/ Aryo Tondan)
Sebagaian dari artikel ini telah tayang di TribunJambi.com dengan judul TEMUKAN FAKTA BARU! Komnas HAM Temui Keluarga Brigadir Yosua Hutabarat di Sungai Bahar