News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Senangnya Dua ‘ADik Papua’ Ini Bisa Kuliah Gratis di Universitas Lambung Mangkurat, Ada Calon Dokter

Penulis: Naufal Lanten
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Mendapat Beasiswa berupa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah dan Program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) untuk siswa asal Papua dan Papua Barat.

Namun, dia dan sejumlah rekan seperjuangannya di asrama bahu membahu membantu satu sama lain, hingga akhirnya kondisi saat ini mulai membaik.

“Selalu ada perhatian di sana. Apalagi waktu pandemi kami enggak bisa pulang sehingga harus stay di sini,” ucapnya.

Ia melanjutkan, merantau di luar pulau pun begitu berat baginya.

Terlebih saat ada peristiwa pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya pada 2019 silam.

Pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabya dipicu kabar yang menyebut mahasiswa Papua diduga mematahkan tiang bendera Merah Putih dan membuangnya ke selokan.

Kabar mengenai pengepungan itu pun sampai ke tanah Borneo, hingga membuat Nikita khawatir.

Baca juga: Jenderal Andika Ungkap Pihak yang Bertanggung Jawab Atas Pembunuhan di Papua dalam Sepekan Terakhir

Bahkan beberapa teman seperjuangannya ada yang memutuskan kembali ke Papua.

“Saya sempat berpikir apakah saya pulang saja. Akhirnya memilih untuk lanjut dan Puji Tuhan sekarang sudah semester akhir sudah mau selesai,” kata Nikita.

Antonius Zakarias Hay juga peserta ADik Papua lainnya. Mahasiswa Fakultas Kehutanan ULM ini berasal dari Kabupaten Fakfak.

Anton, sapaan akrabnya, bercerita perjuangannya hingga akhirnya menempun pendidikan tinggi di Universitas Lambung Mangkurat.

Awalnya, sambungnya, dia sempat bingung hendak melanjutkan kuliah ke mana setelah lulus SMA.

Lantas seorang senior yang juga Alumni ULM memberi informasi perihal beasiswa menuju kampus tersebut.

Anton pun antusias mendengar kabar tersebut. Latar belakang keluarga yang dinilai kurang mampu jadi motivasi terbesarnya merantau ke luar Papua.

“Dan akhirnya saya ikut. Kami 2020 itu seleksinya hanya nilai karena kan Covid. Jadi seleksinya lewat online, tidak ada tes tulis, psikotes enggak ada,” katanya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini