"Tarik nafas dulu Bu. Sudah jangan nangis. InsyaAllah ada jalan," katanya.
Soal PHK yang dialami suami Riyani, Wali Kota menyiapkan sejumlah alternatif.
"Wis metu wae (sudah, keluar saja), nggak apa-apa. Ikut aku saja," kata Mas Eri memberikan jawaban.
Ia menjelaskan, Pemkot memiliki program padat karya. Warga dengan penghasilan rendah akan mendapatkan pelatihan kerja, mulai bertani, pengusaha tambak, hingga kegiatan ekonomi lainnya.
Baca juga: Penduduk Miskin di Jateng Berkurang 102 Ribu Orang
Pemkot menyediakan modal usaha hingga pelatihan kerja. "Bisa ikut saya untuk berusaha. Yang penting, mau kerja," katanya.
"Misalkan, kerja di tambak. Yang penting mau kerja. Bukan hanya suaminya, panjenengan (Anda) juga bisa ikut kerja dengan berjualan makanan, menjahit, atau kegiatan ekonomi lainnya yang bisa dilakukan di rumah," katanya.
Soal bantuan modal, pihaknya akan berkoordinasi dengan Badan Amil Zakat. Menurutnya, zakat yang juga berasal dari ASN di pemkot Surabaya memang di antaranya diperuntukkan untuk membantu warga miskin.
"Ayo berdoa. Semoga bisa mendapatkan modal. InsyaAllah Nanti ada modal. Diberikan oleh Allah. Di antaranya lewat zakatnya orang Surabaya atau ASN Pemkot," katanya.
Terkait dengan tenggat waktu pembayaran Rusun, Mas Eri meminta warga tersebut berkirim surat ke Pemkot.
"Rusun memang ada pembayaran. Namun juga akan melihat. Kalau memang nggak mampu, ya tugas Pemkot untuk memberikan pekerjaan hingga warga menjadi mampu dan lulus dari MBR. Kalau nggak dapat pekerjaan, justru saya yang salah," katanya.
Baca juga: Wali Kota Eri Cahyadi Beber Kedekatan Puan Maharani dengan Kota Surabaya
Soal kebijakan memperbolehkan anak-anak ngamen, Mas Eri tegas menolak. Menurutnya, kewajiban anak adalah belajar. Sedangkan soal berkerja, menjadi tanggungjawab orang tua.
"Ojo oleh ngamen (Jangan boleh ngamen). Biar orang tua saja yang kerja. Surabaya adalah kota layak anak. Artinya, orang tua mengorbankan apapun untuk kebahagian anak," katanya.
Pemkot akan mendukung warganya hingga lulus dari MBR atau berpenghasilan di atas Rp4 juta.
"Kalau nanti penghasilan orang tua sudah di atas Rp5 juta, ngapain harus ngamen. Pokoknya Panjenengan (Anda) lebih sregep (rajin) Tahajud, lebih sregep Dhuha, InsyaAllah ada jalan. Tolong terimakasih kepada Gusti Allah," katanya.